Dewasa ini bagaimana politik sudah merajalela dalam
keseharian aktifitas manusia, bagaimana politik sudah di interperestasikan
dengan berbagai ideologi-ideologi baru. Kekuasaan dan kekuasaan yang menjadi
inti dalam politik itu sendiri sudah menjadi berlian yang sangat berharga untuk
diburu sehingga dengan cara apapun sehingga kekuasaan itu dapat di dapatkan.
Tulisan
ini berisikan tentang bagaimana realitas kekinian tentang banyak dan maraknya
praktek-praktek politik dalam dunia pendidikan. Seperti kita ketahui bersama
bahwa pendidikan dan politik dalam konsep keidealannya tak bisa begitu saja di
satukan, banyak aspek yang membuat semua itu berlaku, yang mana guru tidak bisa
ikut serta dalam politik dan bagaimana pegawai dinas yang terikat dalam
birokrat pendidikan dilarang mengambil andil dalam segala macam praktek politik
lainnya. Politik dalam pendidikan memang bisa dikatakan sangat sulit untuk di
dapatkan titik ke idealannya, selain dikarenakan bagaimana tokoh-tokoh
pendidikan yang memang aktif dan seakan tidak tahu menahu bahwa mereka sedang
berada di jalur yang salah dan juga pada dasarnya politik dalam artian
kekuasaan ini sudah merenggut konsep prinsip dan ideologi orang-orang tentang
bagaimana tetap akan adanya permainan politik kekuasaan di dalamnya. Dan satu
hal lagi tentang masih adanya kesimpangsiuran yang mana dikatakan politik dan
bukan politik dalam pendidikan, walaupun hanya dalam skala paling kecil saja.
Banyak tokoh pendidikan yang bergelut dalam system birokrat pendidikan itu
sendiri yang menjadi tumbal ataupun korban dalam pertarungan antara politik dan
pendidikan bagaimana dia menjadi kambing hitam oleh orang-orang yang ingin
berkuasa dan bagian dari mereka yang tak mengenal system kekerabatan lagi,
tidak mengenal nilai-nilai kearifan local tentang system kekeluargaan akan
tetapi lebil mengutamakan tentang adanya kelas-kelas social ataupun
startifikasi social bagaimana seperti dikatakan bapak politik dunia yaitu
Machevelli bahwa tidak ada teman sejati yang ada hanya kepentingan sejati.
Konsep
pendidikan sebenarnya ada tentang pembelajaran politik. Dan baiknya begitu.
Akan tetapi sebenarnya dalam hakikatnya bagaimana orang-orang dalam instansi
pendidikan juga baiknya diberikan pendidikan politik tentang batasan-batasan
tentang sepatutnya dan seharusnya porsi-porsi politik yang boleh dan tidak
boleh dilakukan sehingga politik praktis dan lain sebagainya tidak lagi menjadi
momok tersendiri oleh mereka yang ada dibidang pendidikan. Dari inilah saya menarik judul ini bahwasanya
masih sangat hangat tentang banyaknya problem-problem di mata pendidikan yang
sebenarnya kecil akan tetapi semakin tidak diketahui maka gerakan seperti ini
akan semakin besar dan berdampak negative yang besar pula nantinya.
A. Tentang Pendidikan, Politik dan
Pendidikan Politik
Pendidikan, politik dan
pendidikan politik menjadi awal pembahasan pada laporan ini. Pendidikan dalam
kajian Khazanah pemikiran pendidikan, terlebih dahulu perlu diketahui tentang
dua istilah penting yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan dalam dunia
pendidikan. Dua istilah tersebut adalah “pedagogi” dan “pedagogik”. Pedagogi
merupakan pendidikan, sedangkan pedagogik merupakan ilmu pendidikan.[1]
Pedagogik atau ilmu pendidikan berarti ilmu yang menyelidiki dan
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Sedangkan pedagogi dalam
pengertiannya itu sangat banyak akan tetapi bukan berarti bahwa definisinya
tidak jelas. Beberapa definisi
tentang pendidikan dari para
pakar pendidikan tersebut, yang perlu kita ketahui diantaranya adalah defenisi
yang disampaikan oleh Prof. Langeveld yaitu pakar pendidikan dari Belanda,
bahwa pendidikan adalah suatu bimbingan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
tujuan, yaitu kedewasaan.[2]
dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun 1973, dikemukakan tentang
pengertian pendidikan, bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang disadari
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di
dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.[3]
Dan juga definisi pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantara dalm kongres Taman Siswa
yang pertama pada 1930 ia menyebutkan, bahwa pendidikan umumnya berarti daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelek), dan tubuh anak.[4]
Sedangkan politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara.[5]
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang
berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik
adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat
ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
A. politik
adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles)
B. politik
adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara
C. politik
merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat
D.
politik adalah segala sesuatu tentang
proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik
perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi,
sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga
tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
Secara Etimologi Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa
Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά
(politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης
(polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota). Secara etimologi kata
"politik" masih berhubungan dengan polisi, kebijakan. Kata
"politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata
"politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal politik. Adapula
beberapa pendapat dari ahli tentang politik itu sendiri yaitu :
A.
ROD HAGUE
Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok
mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha
untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya
B.
ANDREW HEYWOOD
Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur
kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan
kerjasama.
C.
CARL SCHMIDT
Politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat
keputusan - keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.
D.
LITRE
Politik didefinisikan sebagai ilmu memerintah dan mengatur negara
E.
ROBERT
Definisi politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia
F.
IBNU AQIL
Politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi
manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rosulullah
S.A.W.7
Pendidikan politik juga mempunyai pengertian tersendiri yaitu Istilah
pendidikan politik dalam Bahasa Inggris sering disamakan dengan istilah
political sucialization. Istilah political sosialization jika diartikan secara
harfiah ke dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh
karena itu, dengan menggunakan istilah political sosialization banyak yang
mensinonimkan istilah pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik,
karena keduanya memiliki makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi
politik adalah pendidikan politik dalam arti sempit.
Menurut Ramlan Surbakti, dalam memberikan pengertian tentang pendidikan
politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik. Surbakti
(1999:117) berpendapat bahwa:
Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi
politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi
dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan
mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari
berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai
politik. Pendapat di atas secara tersirat menyatakan bahwa pendidikan politik
merupakan bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan
masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Dapat dikatakan bahwa
sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para
anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota
masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang
berlangsung dalam masyarakat.
David Easton dan Jack Dennis (Suwarma Al Muchtar, 2000:39) dalam bukunya
Children in the Political System memberikan batasan mengenai political
sosialization yaitu bahwa "Political sosialization is development process
which persons acquire arientation and paternsof behaviour”. Sedangkan Fred I.
Greenstain (Suwarma Al Ntuchtar, 2000:39) dalam bukunya Political Socialization
berpendapat bahwa:
Political sosialization is all political learning formal and informal,
delibrete and unplanne, at every stage of the life cycle inchiding not only
explicit political tearning but also nominally nonpolitical learning of
political lie relevant social attitudes and the acquistion of politically
relevant personality characteristics. Kedua pendapat di atas mengungkapkan
bahwa pendidikan politik adalah suatu bentuk pendidikan yang dijalankan secara
terencana dan disengaja baik dalam bentuk formal maupun informal yang mencoha
untuk mengajarkan kepada setiap individu agar sikap dan perbuatannya dapat
sesuai dengan aturan-¬aturan yang berlaku secara sosial. Dalam hal ini dapat
terlihat bahwa pendidikan politik tidak hanya mempelajari sikap dan tingkah
laku individu. Namun pendidikan politik mencoba untuk mengaitkan sikap dan
tingkah laku individu tersebut dengan stabilitas dan eksistensi sistem politik.
Kartini Kartono (1990:vii) memberikan pendapatnya tentang hubungan
antara pendidikan dengan politik yaitu "pendidikan dilihat sebagai faktor
politik dan kekuatan politik. Sebabnya, pendidikan dan sekolah pada hakekatnya
juga merupakan pencerminan dari kekuatan-kekuatan sosial-politik yang tengah
berkuasa, dan merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada". Berdasarkan
pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan dan politik adalah dua
unsur yang saling mempengaruhi. Pengembangan sistem pendidikan harus selalu
berada dalam kerangka sistem politik yang sedang ¬dijalankan oleh pemerintahan
masa itu. Oleh karena itu segala permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan
akan berubah menjadi permasalahan politik pada saat pemerintah dilibatkan untuk
memecahkannya.
Pengertian dari pendidikan politik yang lebih spesifik dapat diambil
dari pendapatnya Alfian (1981:235) yang mengatakan bahwa: "pendidikan
politik dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses
sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka rnemahami dan menghayati betul
nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak
dibangun".
Dari dua definisi yang tertera di atas, dapat kita ambil dua tujuan
utama yang dimiliki oleh pendidikan politik. Pertama, dengan adanya pendidikan
politik diharapkan setiap individu dapat mengenal dan memahami nilai-nilai
ideal yang terkandung dalam sistem politik yang sedang diterapkan. Kedua, bahwa
dengan adanya pendidikan politik setiap individu tidak hanya sekedar tahu saja
tapi juga lebih jauh dapat menjadi seorang warga negara yang memiliki kesadaran
politik untuk mampu mengemban tanggung jawab yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan sikap dan peningkatan kadar partisipasi dalam dunia politik
Rusadi Kartaprawira (1988:54) mengartikan pendidikan politik sebagai
"upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat
berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya." Berdasarkan
pendapat Rusadi Kartaprawira tersebut, maka pendidikan politik perlu
dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus meningkatkan
pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami perkembangan.
Pembelajaran pendidikan politik yang berkesinambungan diperlukan mengingat
masalah-masalah di bidang politik sangat kompleks, bersegi banyak, dan
berubah-ubah.
Merujuk pada semua pengertian pendidikan politik yang disampaikan oleh
beberapa ahli di atas, pada akhirnya telah membawa penulis sampai pada
kesimpulan yang menyeluruh. Bahwa yang dimaksud dengan pendidikan politik
adalah suatu upaya sadar yang dilakukan antara pemerintah dan para anugota
masyarakat secara terencana, sistematis, dan dialogis dalam rangka untuk
mempelajari dan menurunkan berbagai konsep, simbol, hal-hal dan norma-¬norma
politik dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
B.
Pendidikan
dan Strategi Politik
Secara historis, memang perjalanan system
pendidikan di Indonesia cukup panjang. Pada mulanya masyarakat mengenal
pendidikan itu pada zaman feodalistik yaitu pendidikan keagamaan yaitu
pendidikan Hindu dan Budha, yang mana masih mengutamakan kelas-kelas atau
kasta-kasta untuk memperoleh pendidikan, bagaimana kelas brahmana yang dapat
mengenyam pendidikan. Berbeda dengan budha yang sudah sedikit kearah demokratis
yaitu bagaimana pendidikan diberikan untuk keseluruhan pada umumnya bukan
berdasar kasta atau kelas-kelas. Dan bergeser ke islam bagaimana seperti kita
ketahui tentang jalur perdagangan dan disingkronisasikan dengan jalur dakwah
dalam pemberian pendidikan dan juga sudah mengenal surau dan pesantren sebagai
tempat pelakasanaan pendidikannya dan kemudian dimasukkannya pesantren ini dalam
kancah perpolitikan setelah datangnya kolonial Belanda.
Dalam pandangan kaum kolonial, pondok
pesantren dianggap sebagai kaum pemberontak. Atas dasar penilaian ini, maka
pesantren tidak lagi tercantum dalam statistik pendidikan Hindia Belanda. Upaya
untuk menutup pengembangan sistem pendidikan Islam di Nusantara nampaknya
terkait dengan kebijakan politik kolonial. Hal ini dapat dibuktikan dengan
munculnya Undang-Undang Sekolah Liar (wilden Scholen Ordonantie), masing-masing
tahun 1925 dan 1930. Institusi pendidikan yang memenuhi Undang-Undang tersebut
dianggap legal dan diberi subsidi dari pemerintah. Sedangkan yang tidak
memenuhi ketentuan Undang-Undang dianggap liar dan harus dibubarkan.
Untuk
mengantisipasi kebijakan politik Hindia Belanda tersebut, sejumlah organisasi
sosial keagamaan mulai mengadopsi sistem pendidikan Barat. Organisasi
‘Jami’atul Khoiriah’ sebagai organisasi yang didirikan oleh para pedagang
keturunan arab mempelopori berdirinya sistem pendidikan modern dalam Islam.
Kemudian setelah itu baru diikuti oleh Muhammadiyah dan ormas-ormas Islam yang
lain.
Terlepas dari sejarah yang dibahas diatas
tentang bagaimana perjalan pendidikan kita yang diikuti oleh penyebaran politik
kekuasaan oleh kolonial belanda, sekarang ini bagaimana sudah banyak
distorsi-distorsi dalam kaitannya warna dan cara perpolitikan yang ada dalam
dunia pendidikan. Politik dewasa ini adalah mengibaratkan pada pola keseharian
atau pola kebiasaan yang tidak disadari dilakukan ataupun tidak diketahui
hakikatnya bagaimana. Pendidikan dan politik telah menginjak pada dimensi
berbeda dari zaman-zaman sebelumnya, strategi berpolitik sudah masuk dalam
kawasan kerja dan ideology berfikir dunia pendidikan. Politik kental dengan
kekuasaan pendidikan, banyak hal dalam pendidikan dapat dirasuki oleh ruh
politik dalam pemerolehan kekuasaan nantinya. Strategi politik atau dalam
kekhususannya adalah strategi kaum politik yang mempunyai relasi dalam
pendidikan adalah bagaimana munculnya politik praktis dalam kalangan pendidik,
baik itu pegawai biasa maupun kalangan guru. Strategi ini bukan tanpa tujuan
akan tetapi bagaimana adanya relasi-relasi nantinya apabila dalam penjalanan
strategi pemeroleh kekuasaannya akan ada bantuan politik didalamnya. Para tokoh
pendidikan di iming-imingi oleh
kekuasaan yang membentengi apabila ada hal-hal dalam kaitannya persaingan
maupun keranah penurunan jabatan sampai pemberhentian. Bukan hanya iming-iming
geep dibelakang akan tetapi para penguasa dalam tataran pusat ataupun sumber
disini mempunyai cara lain dalam memperoleh hati dari kaum pendidikan ini yaitu
menaikkan pemasukan atau gaji dan lain sebagainya.
Strategi politik dalam pendidikan memang
menjadi pembahasan yang tidak biasa akan tetapi sebenarnya banyak terjadi
disekeliling kita. Dan yang menjadi strategi yang paling Nampak apalagi bagi
saya dengan disiplin Ilmu Antropologi seperti dibahas diatas adalah bagaimana
para tokoh pendidikan menjadi actor utama dan di bentengi oleh orang-orang
besar dibelakangnya yang mana menyebabkan adanya kelas-kelas dalam kalangan
pendidikan, contohnya saja bagaimana dengan adanya relasi dengan penguasa maka
kebanyakan tokoh politik dalam keinginan dan kebutuhan bisa dibantu oleh orang
besar tadi. Dengan demikian adanya hubungan patron klien di dalam structural
fungsional ini. Strategi ini lebih menekankan bahwa bagaimana kebutuhan akan
kekuasaan ini memang benar-benar nyata bagaimana sebelum mendapatkan kekuasaan
para kaum pendidikan di manjakan dengan bantuan-bantuan dan juga kaum
pendidikan tadi yang menjadi klien juga membantu dalam pemerolehan kekuasaan
nantinya, timbal balik ada dalam strategi ini, ada yang diuntungkan dan
menguntungkan sama besarnya dalam ranah berbeda sampai nantinya bagaimana
keduanya saling membantu dalam mendapatkan kekuasaan dan menurunkan kelas-kelas
penghalang dalam persaingan politiknya.
Persepsi Politik dalam Pendidikan adalah bila
pendidikan telah terkooptasi sedemikian rupa dengan kebijakan politik, maka
secara umum tidaklah menguntungkan, karena dimungkinkan terjadinya pembusukan
dari dalam sebagai akibat penjinakan (domestikasi) dinamika pendidikan itu
sendiri. Kondisi ini semakin diperparah dengan tidak memadainya kualifikasi
orang-orang yang mengambil kebijakan, dalam arti mereka begitu minim pemahaman
tentang pendidikan, sehingga tak mampu menyelami hakikat dan masalah dunia
pendidikan. Oleh karena itu tidak aneh bila selama ini sektor pendidikan mereka
jadikan sekedar kuda tunggangan. Sebab yang ada dalam benak mereka hanyalah
kepentingan-kepentingan politik sesaat, seperti bagaimana mendapat sebanyak
mungkin simpati dari golongan mayoritas tertentu serta bagaimana dapat
menduduki kursi panas selama mungkin. Pendapat ini dikutip dari ucapan Tantowi Yahya dalam Who
Wants to be Millioner.
Adapun menurut hemat penulis, hubungan
antara politik pendidikan dapat memberikan dampak negatif atau positif
bergantung pada pemegang peranan penting dalam politik tersebut. Jika pemegang
tanggung jawab pendidikan dalam politik tidak mempunyai kompeten dalam bidang
pendidikan, maka pasti ini sangat membahayakan pendidikan. Akan tetapi jika
orang yang memegang amanah untuk mengembangkan pendidikan dalam sistem
pemerintahan suatu negara adalah orang yang amanah serta mempunyai kapabilitas
di bidang pendidikan maka ini sangat memungkinkan untuk memberikan kontribusi
besar dalam pengembangan pendidikan, khususnya di Indonesia.
C.
Partai
Politik vs Politik Praktis dalam Pendidikan
Definisi partai politik menurut
Undang-undang No.31 tahun 2002 adalah organisasi politik yang dibentuk oleh
sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat,
bangsa dan negara melalui pemilihan umum. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa partai politik itu pada prinsipnya memiliki peranan yang sangat penting
dalam sistem demokrasi. Tapi bila kita cermati politik yang dijalankan partai
politik pada tataran pelaksanaannya saat ini justru dinodai dengan
praktik-praktik banalitas, yang hanya memperbesar kepentingan individu dan
kelompoknya.
Fakta seperti itulah yang mendorong
munculnya gejala “golput”. Isu golput pada intinya adalah ketidak percayaan
pada partai politik peserta pemilu, karena dianggap sudah banyak mengumbar
janji untuk kepentingan rakyat, padahal untuk kepentingan pribadi dan golongan.
Partai politik saat ini, menurut sebagian besar masyarakat dianggap “bakul
jamu” dan menjadi benalu dalam negara. Sesungguhnya fatwa MUI tentang “haramnya
golput” tidak perlu dipaksakan kepada umatnya bila politik yang dibangun oleh
partai politik berdasarkan nilai-nilai moral serta etika. Salah satu fungsi
partai politik adalah melakukan pendidikan politik kepada masyarakat. Tapi, apa
yang kita dapat..? fungsi yang diperankan partai politik dalam pendidikan
politik belum menunjukkan hasil yang signifikan bagi peningkatan kesadaran
politik masyarakat. Bahkan terjadi exploitasi terhadap anak. Sering kita jumpai
siswa berseragam biru dan abu-abu ikut dalam kampanye terbuka partai politik,
dengan mengendarai kendaraan bermotor dan meneriakan yel-yel partai politik
tertentu. Sebenarnya mereka sangat tidak memahami esensi dari kampanye. Mereka
memahami kampanye hanya sebatas pada uang transpor, kaus, dan hura-hura saja.
Untuk itu sudah sepatutnya institusi sekolah memberikan pembelajaran politik
kepada siswa-siswanya. Tidak dengan membuat kurikulum baru tetapi cukup
diintegrasikan dalam ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi atau juga PKn.
Setelah siswa mendapatkan teori-teori
politik melalui mata pelajaran tersebut diatas dari guru dan sumber-sumber lain
yang mendukung, maka selanjutnya guru memberikan bekal pendidikan politik
praktis secara nyata. Misalnya melakukan pemilihan anggota OSIS secara terbuka
dengan kepanitiaan dari siswa. Sementara guru punya tugas mengawasi agar
kerangka pendidikan politik tidak lagi menjadi anarkis, seperti yang kita
saksikan hari ini. Pada tahap awal bisa dimulai dari pembuatan aturan kampanye,
aturan debat kandidat, aturan pemilihan umum, sampai pada tahap aturan
pengesahan. Semua dilaksanakan secara demokratis oleh siswa. Dalam proses
inilah siswa akan belajar bagaimana menemukan trik-trik memenangkan pemilu,
dalam kerangka kepentingan institusi sekolah. Dan dari sini pula, bahkan siswa
akan melihat fakta bahwa dalam politik ada banyak kepentingan. Setelah semua
selesai, maka tugas guru untuk mengurai permasalahan pemilu anggota OSIS secara
bijak dan komprehensif. Melalui proses pendidikan politik ini, siswa akan terus
menyimpan dalam memori jangka panjangnya, sehingga dalam menapaki kehidupan
selanjutnya, siswa akan memiliki pandangan positif terhadap politik dan dapat
berperilaku politik dengan bijak. Dan pada gilirannya, dalam satu dekade
mendatang generasi muda Indonesia akan menjadi generasi yang cerdas politik,
dan bukan korban politik. Semoga.
Masih banyak hal lain yang menguatkan
permasalahn ini seperti IMBAUAN PGRI agar guru tidak berpolitik praktis adalah
ucapan yang sudah basi dan cenderung faktanya berbeda di lapangan. Kondisi itu
bisa terlihat ketika pilkada, mereka digiring oleh atasannya untuk ikut
kampanye atau larut dalam pernyataan sikap mendukung penguasa atau calon kepala
daerahnya. Alasannya klise, kalau tak manut, takut nantinya dimutasi atau
dipindahkan ke tempat yang jauh. Sudah saatnya tenaga pendidik yang terbukti
terlibat agar ditangkap dan diberikan sanksi bila perlu dipecat. Tindakan mereka
sudah merugikan murid dan dunia pendidikan secara umum karena sudah melanggar
aturan. Guru menjadi tidak fokus menjalankan tugas pokoknya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meninggalkan sikap profesionalismenya. Dengan gaji dan
tunjangan dari sertifikasi guru yang saat ini sudah besar seharusnya mereka
sadar dan kembali kepada jati dirinya. Penguasa diharap tidak mengintimidasi
dan mengeksploitasi mereka demi kepentingan kekuasaan. Jika seperti itu terus
keadaannya maka jangan pernah berharap guru dan dunia pendidikan kita akan
maju.
Memang kesejahteraan guru sekarang sudah
tambah baik dan kelihatannya sudah tidak begitu dipengaruhi oleh kekuatan
partai walaupun masih ada tapi tak seburuk sebelumnya. Mereka sudah
disertifikasi, walaupun tak mempengaruhi peningkatan kualitas guru, tapi yang
penting prosesnya dilakukan dengan murni dan tidak ada kasak-kusuk. Untuk para
guru sesuaikanlah kemauan dengan kemampuan, jangan terlalu banyak ngompreng
karena akan merugikan murid. "Tugas guru sejatinya menciptakan anak didik
yang suputra. Karena ada pernyataaan orang tua siswa yang menyebutkan kalau
anaknya belum memperoleh manfaat dan hasil yang memuaskan setelah dididik di
sekolah," urainya. Kenyataannya memang ada yang begitu namun sebagian lagi
tidak mau terjebak dalam kegiatan politik praktis. Pemimpin sering
mempertahankan kekuasaan dengan menggiring semua komponen termasuk para guru
yang ujungnya merugikan anak didik. "Dalam UU guru tidak boleh berpolitik
praktis dan tidak boleh meninggalkan tugas serta fungsi pokoknya,"
ujarnya. Mestinya mereka menolak dan berani menerima risiko jika dilibatkan
oleh penguasa dalam kegiatan politik praktis. Tapi hal itu jarang terjadi
karena banyak juga yang nasibnya berubah setelah jadi tim sukses calon kepala
daerah yang akhirnya menang dan jabatannya langsung naik.
Keberadaan guru bisa disejajarkan dengan
pahlawan, pendidik dan brahmana. Sebagai guru sebelumnya dia pernah terjun
dalam politik, namun setelah 1999, UU muncul yang melarang guru berpolitik
praktis. Posisi guru juga bagai buah simalakama. Kita perlu melihat etika dan
pandangan masyarakat jika PNS dan guru masuk dalam struktur kepengurusan sebuah
partai atau tim sukses seorang calon kepala daerah. "Saya seorang guru
yang pernah terjebak politik praktis dan akhirnya hanya jadi pecundang
politik," kenangnya. kondisi terjebaknya guru dalam kegiatan politik
praktis akibat diarahkan oleh kepala sekolah dan kepala SKPD-nya. Padahal guru
itu sendiri hati nuraninya menolak. Mereka merasa tertekan dan terpaksa mematuhi
apa yang diperintahkan atasannya. "Kalau tak patuh dimutasi ke tempat yang
jauh. Disdikpora harus bisa memberikan sanksi terhadap pelanggaran ini. Hal itu
bisa tegas dilaksanakan kalau orang di Disdikpora bersih," terangnya. Guru
juga bagian dari masyarakat. Jika tak memilih, jabatan jadi resikonya. Kalau
sudah begini keadaanya bagaimana kita bisa berprestasi.
D.
Pendidikan
dan Dinasti Politik serta Ketimpangannya.
Pendidikan dan dinasti politik dalam hal
ini memang sangat jauh apabila ingin kita sinergiskan, akan tetapi kejadian
seperti ini di era sekarang ini sudah menjadi hal yang lumrah terjadi.
Bagaimana pola kedinastian tidak terlepas oleh kaum-kaum pendidikan yang
menjadi penggerak dan tokoh inti dalam penyambungtanganan terhadap kekuasaan
yang menjadi tujuan spesialnya. Pendidikan dalam tataran politik tidak akan
jauh dari sikap saling mempengaruhi nah inilah yang dikatakan sebagai politik
praktis. Politik praktis merupakan cara yang banyak dilakukan oleh kaum
pendidikan dalam tataran menjalankan ataupun membantu para penguasa yang tadi
dibahas bagaimana mereka mempunyai kemampuan membentengi dan membendung setiap
permasalahan yang didapatkan oleh pihak kedua yang mana terjun langsung dalam penyebaran
politik praktis yang nantinya akan menguntungkan si patron atau si orang
pertama yang punya kekuasaan tadi.
Masuk kedalam ke
khususan dalam pendidikan itu sendiri yaitu pendidik atau guru. Guru dewasa ini
mempunyai peran penting dalam tatanan alur politik yang berjalan. Seperti
dibahas sebelumnya bagaimana adanya ketimpangan tentang teror mutasi guru bagi
mereka yang tidak memenuhi keinginan para penguasa yang mempunyai bagian
penting atau kuasa dalam hal permutasian itu sendiri. Berbeda dengan
kekhawatiran guru disini sebenarnya memang haruslah ada, mereka harus
mengantisipasi setiap hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Guru dalam tatanan
ini mau tidak mau harus menelan ludah sendiri dalam permasalahan seperti ini.
Politik dan guru juga erat kaitannya pada saat ini, bagaimana gurupun ingin
memebuhi hasrat nafsu kekuasaannya sendiri, baik dengan bermuka dua dengan para
penguasa, menjadi mata-mata terhadap pola perlawanan terhadap seseorang yang
berkuasa maupun memang betul-betul menjadi kaki tangan para penguasa
pemerintahan, hal inilah yang seperti dikatakan diatas tadi bahwa menjadi
kelas-kelas tersendiri dalam tatanan dunia pendidikan.
Pendidikan dan dinasti politik disini bukan
seperti yang terjadi di lakukan oleh Ratu Khosiah sana akan tetapi serupa tapi
tak sama, dalam tataran kecil sebenarnya ini banyak yang terjadi, bagaimana
keluarga dan kelas-kelas lain yang mendukung adanya kekuasaan-kekuasaan di
dimensi yang berbeda-beda. Keluarga menjadi peluru tersendiri, dari satu keluarga
ke keluarga dekat, keluarga jauh, menantu yang juga nantinya akan menunmbuhkan
satu arah lagi ke keluarga besar, sampai ketimpangan-ketimpangan bahwa adanya
persaingan antara satu keluarga yang menjadikan hubungan emosional antar
keluarga itu menjadi renggang dan apa yang terjadi ?, hanyalah pengorbanan yang
telah menginjak kearah tak adanya toleransi kekeluargaan lagi didalamnya,
bagaimana teori Machievelli akan benar-benar terjadi. Dan muncullah istilah
yang berhubungan dengan permasalahan seperti ini adalah perang sedarah.
Sebenarnya masih banyak permasalahan-permasalahan lain yang menjadi permasalahn
baru akibat dari permasalahan sebelumnya. Seperti bagaimana banyak diantara
pendidik yang tidak focus terhadap pekerjaannya diakibatkan lebih terfokusnya terhadap
politik itu tadi, kemudian bagaimana banyaknya korban-korban politik yang
sebenarnya mempunyai andil, skill serta keterampilan yang baik akan tetapi
sebagai korban politik dia di mutasi ataupun diturunkan jabatannya dan masih
banyak permasalahan lainnya.
[1]
1 keterangan
lebih lengkap dapat dilihat dalam Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) cet. II, 1.
[2]
2Lihat pada
bukunya Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik; dasar-dasar ilmu
mendidik (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 3-4.
[3]
Dalam
Burhanuddin Salam…….. Ibid, 4.
[4]
Informasi
ini dapat dilihat dalam Fuad Ihsan, Dasar-Dasa
Kependidikan…..Ibid, 5.
Wikipedia.indonesia
[5]
Source:
http://enjab.blogspot.com
suararakyat24.blogspot.com
BalasHapusAnda memiliki artikel yang sangat bermanfaat id mana artikel yang anda tuliskan berisikan hal yang sangat bermaanfaat untuk di baca oleh para pembaca artikel di indonesia. di karenakan artike lyang anda tuliskan berisikan hal yang sangat bermanfaat.
BalasHapusSaya juga mempunyai beberapa artikel yang sangat bagus di baca di bawah ini :
Daftar Poker Online
Poker Online Terpercaya
Situs Poker Online
Capsa Susun Online
Poker Uang Asli
poker tanpa deposit
Bambu Poker
BambuPoker
Daftar Bambupoker
Link Alternatif BambuPoker
PROMO DAPATKAN IPHONE 11 PRO MAX GRATIS
DENGAN CARA BERMAIN GAME DI WEB KAMI
DENGAN SYARAT DAN KETENTUAN YANG TELAH KAMI BUAT
UNTUK INFO LEBIH LANJUT SILAHKAN KLIK LINK DI BAWAH INI :
Poker Online Terbaik
Daftar Judi Poker
Poker Uang Asli
Daftar Poker Terpercaya
Poker Tanpa Deposit
QQ Online Poker
QQ Domino Poker
Poker Capsa Susun
Judi Online Tanpa Modal
untuk info lebih lanjut silahkan Chat Customer Service kami di bawah ini :
Bambupoker
http://bambupoker.com/
https://trustzonecasino.com/
Terimakasih , salam Bambupoker.