A.
LETAK GEOGRAFIS
Suku
Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Lampung. Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di
Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda.[1]
Provinsi Jawa
Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5o50’ - 7o50’ Lintang Selatan dan
104o48’ - 108o48’ Bujur Timur, dengan batas wilayah : sebelah Utara, berbatasan
dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta; sebelah Timur, berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah; sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia; dan
sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten.
Luas wilayah Provinsi
Jawa Barat meliputi wilayah daratan seluas 3.710.061,32 hektar dan garis pantai
sepanjang 755,829 km. Daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas wilayah
pegunungan curam (9,5% dari total luas wilayah Jawa Barat) terletak di bagian
Selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut (dpl);
wilayah lereng bukit yang landai (36,48%) terletak di bagian Tengah dengan
ketinggian 10 - 1.500 m dpl; dan wilayah dataran luas (54,03%) terletak di
bagian Utara dengan ketinggian 0 – 10 m dpl. Tutupan lahan terluas di Jawa
Barat berupa kebun campuran (22,89 % dari luas wilayah Jawa Barat), sawah
(20,27%), dan perkebunan (17,41%), sementara hutan primer dan hutan sekunder di
Jawa Barat hanya 15,93% dari seluruh luas wilayah Jawa Barat.
Iklim di Jawa
Barat yaitu tropis, dengan suhu rata-rata berkisar antara 17,4 – 30,7°C dan
kelembaban udara antara 73–84%. Data BMKG menyebutkan bahwa sepanjang tahun
2008, turun hujan selama 1-26 hari setiap bulannya dengan curah hujan antara
3,6 hingga 332,8 mm.
Jawa Barat dialiri
40 sungai dengan wilayah seluas 37.175,97 km2. Jawa Barat juga memiliki
1.267waduk/situdengan potensi air permukaan lebih dari 10.000juta m3.Air
permukaan tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, pertanian, dan air
minum.Terdapat peningkatan jumlah perusahaan yang aktif memanfaatkan air
permukaan menjadi 625 perusahaan dari 606 perusahaan pada tahun 2007.
Secara administratif, Provinsi Jawa Barat terdiri dari 17
kabupaten dan 9 kota; 520 kecamatan; 5.245 desa dan 626 kelurahan.
Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian
dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari
ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat
dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari
1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah
ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 . 10 m
dpl, dan wilayah aliran sungai.
rikut ini keterangan tentang yang termasuk daerah dari jawa barat adalah :
1.
Kota bogor
2.
Kab. Sukabumi
3.
Kab. Cianjur
4.
Kab. Bandung
5.
Kab. Garut
6.
Kab. Tasikmalaya
7.
Kab. Ciamis
8.
Kab. Kuningan Kab. Cirebon
9.
Kab. Majalengka
10.
Kab. Sumedang
11.
Kab. Indramayu
12.
Kab. Subang
13.
Kab. Purwakarta
14.
Kab. Karawang
15.
Kab. Bekasi
16.
Kab. Bandung Barat
17.
Kota Bogor
18.
Kota Sukabumi
19.
Kota Bandung
20.
Kota Cirebon
21.
Kota Bekasi
22.
Kota Depok
23.
Kota Cimahi
24.
Kota Tasikmalaya
25.
Kota Banjar
26.
Kab. Lebak
Dan keterangannya tentang daerah
yang masuk kedalam ruang lingkup sunda adalah seluruh daerah jawa barat minus(-)
cirebon.[2]
B. EBUDAYAAN FISIK
Sistem Religi
Sebagain besar masyarakat suku Sunda
menganut agama Islam, namun ada pula yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll. Islam (93,87%), Protestan (4,34%), Katolik (1,11%), Buddha (0,46%), Hindu (0,22%) Mereka itu
tergolong pemeluk agama yang taat, karena bagi mereka kewajiban beribadah
adalah prioritas utama. Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima
waktu, serta berhaji bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya
kekuatan gaib. Terdapat juga adanya upacara-upacara yang berhubungan dengan
salah satu fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan
lain-lainnya.[3]
Dalam mitologi Sunda yaitu himpunan dongeng
– dongeng suci masyarakat Sunda kuno banyak unsur – unsur yang bukan berasal
dari ajaran Islam. Seperti halnya di Jawa dalam masyarakat Sunda pun dikenal
banyak kegiatan upacara yang bersifat keagamaan / ritual, seperti selamatan
memperingati Maulud Nabi, Idul Fitri, Idul Adha, Selamatan Kelahiran, dll.
Sampai sekarang ini masyarakat Sunda masih
berkunjung ke makam orang – orang dahulu yang dianggap sakti dan berjasa dalam
bidang agama dan kemasyarakatan. Tujuannya untuk menyampaikan permohonan dan
restu sebelum mengadakan sesuatu usaha, pesta, atau perlawatan. Lebih – lebih
jika memasuki bulan Maulud orang yang berkunjung ke makam leluhurnya menjadi
semakin banyak.
Multi religion of sunda
Sunda Wiwitan Pada proses
perkembangan agama Islam, tidak seluruh wilayah tatar Sunda menerima
sepenuhnya, di beberapa tempat terdapat komunitas yang bertahan dalam ajaran
leluhurnya seperti komunitas masyarakat di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar
Kabupaten Lebak yang dikenal dengan masyarakat Baduy. Mereka adalah komunitas
yang tidak mau memeluk Islam dan terkungkung di satu wilayah religius yang
khas; terpisah dari komunitas Muslim Sunda dan tetap melanggengkan ajaran Sunda
Wiwitan.
Dasar religi masyarakat Baduy dalam ajaran Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang bersifat monoteis, penghormatan kepada roh nenek moyang, dan kepercayaan kepada satu kekuasaan yakni Sanghyang Keresa (Yang Maha Kuasa) yang disebut juga Batara Tunggal (Yang Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib) yang bersemayam di Buana Nyungcung (Buana Atas). Orientasi, konsep, dan pengamalan keagamaan ditujukan kepada pikukuh untuk menyejahterakan kehidupan di jagat mahpar (dunia ramai). Pada dimensi sebagai manusia sakti, Batara Tunggal memiliki keturunan tujuh orang batara yang dikirimkan ke dunia melalui Kabuyutan; titik awal bumi Sasaka Pusaka Buana. Konsep buana bagi orang Baduy berkaitan dengan titik awal perjalanan_dan_tempat_akhir_kehidupan.(Garna,1992:5).
Menurut ajaran Sunda Wiwitan, perjalanan hidup manusia tidak terpisah dari wadah tiga buana, yaitu
Dasar religi masyarakat Baduy dalam ajaran Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang bersifat monoteis, penghormatan kepada roh nenek moyang, dan kepercayaan kepada satu kekuasaan yakni Sanghyang Keresa (Yang Maha Kuasa) yang disebut juga Batara Tunggal (Yang Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib) yang bersemayam di Buana Nyungcung (Buana Atas). Orientasi, konsep, dan pengamalan keagamaan ditujukan kepada pikukuh untuk menyejahterakan kehidupan di jagat mahpar (dunia ramai). Pada dimensi sebagai manusia sakti, Batara Tunggal memiliki keturunan tujuh orang batara yang dikirimkan ke dunia melalui Kabuyutan; titik awal bumi Sasaka Pusaka Buana. Konsep buana bagi orang Baduy berkaitan dengan titik awal perjalanan_dan_tempat_akhir_kehidupan.(Garna,1992:5).
Menurut ajaran Sunda Wiwitan, perjalanan hidup manusia tidak terpisah dari wadah tiga buana, yaitu
1.
Buana Nyungcung sama
dengan Buana Luhur atau Ambu Luhur; tempat bersemayam Sang Hyang Keresa di
tempat paling atas;
2.
Buana Panca Tengah atau Ambu Tengah yang dalam dunia
pewayangan sering disebut Mayapada atau Arcapada tempat hidup manusia dan
mahluk lainnya; dan
3.
Buana Larang sama dengan Buana Handap atau Ambu handap yaitu
tempatnya neraka. Manusia yang hidup di Buana Panca Tengah suatu saat akan
menemui Buana Akhir yaitu Buana Larang, sedangkan proses kelahirannya
ditentukan di Buana Luhur. Antara Buana Nyungcung dan Buana Panca Tengah
terdapat 18 lapisan alam yang tersusun dari atas ke bawah, lapisan teratas
disebut Bumi Suci Alam Padang atau Kahyangan tempat Sunan Ambu dan para pohaci
bersemayam.
Pada pelaksanaan
ajaran Sunda Wiwitan di Kanekes, tradisi religius diwujudkan dalam berbagai
upacara yang pada dasarnya memiliki empat tujuan utama: yaitu
1.
menghormati para
karuhun atau nenek moyang
2.
menyucikan Pancer Bumi atau isi jagat dan dunia pada umumnya
3.
menghormati dan menumbuhkan atau mengawinkan Dewi Padi; dan
4.
melaksanakan pikukuh Baduy untuk mensejahterakan inti jagat.
Dengan demikian, mantra-mantra yang
diucapkan sebelum dan selama upacara berisikan permohonan izin dan keselamatan
atas perkenan karuhun, menghindari marabahaya, serta perlindungan untuk kesejahteraan
hidup di dunia damai sejahtera.
Masuknya agama Islam ke tatar Sunda menyebabkan terpisahnya komunitas penganut ajaran Sunda Wiwitan yang taat dengan mereka yang menganut Islam. Masyarakat penganut Sunda Wiwitan memisahkan diri dalam komunitas yang khas di pedalaman Kanekes ketika agama Islam memasuki kerajaan Pakuan Pajajaran. Hal ini dapat ditemukan dalam cerita Budak Buncireung, Dewa Kaladri, dan pantun Bogor versi Aki Buyut Baju Rambeng_dalam_lakon_Pajajaran_Seureun_Papan.
Secara sadar, masyarakat Kanekes dengan tegas mengakui perbedaan mereka dengan masyarakat Sunda lainnya di luar Kanekes hanyalah dalam sistem religi, bukan etnis. Menurut Djatisunda (1992;2-3) mereka menyebut orang Sunda di luar Kanekes dengan sebutan Sunda Eslam (orang Sunda yang beragama Islam) dan dianggap sebagai urang Are atau dulur are. Arti dari istilah urang are atau dulur are dikemukakan Ayah Kaiti bekas seurat Tangtu Cikeusik bahwa: harti urang are ta, ja dulur are. Dulur-dulur na mah, ngan eslam hanteu sabagi kami di dieu (arti urang are yaitu dulur are. Saudara sih saudara, tetapi menganut agama Islam tidak seperti saya di sini). Ungkapan tersebut memperjelas pengakuan kedudukan etnis masyarakat Kanekes sebagai suku bangsa Sunda yang membedakannya hanyalah sistem religi karena tidak menganut agama Islam.
Masuknya agama Islam ke tatar Sunda menyebabkan terpisahnya komunitas penganut ajaran Sunda Wiwitan yang taat dengan mereka yang menganut Islam. Masyarakat penganut Sunda Wiwitan memisahkan diri dalam komunitas yang khas di pedalaman Kanekes ketika agama Islam memasuki kerajaan Pakuan Pajajaran. Hal ini dapat ditemukan dalam cerita Budak Buncireung, Dewa Kaladri, dan pantun Bogor versi Aki Buyut Baju Rambeng_dalam_lakon_Pajajaran_Seureun_Papan.
Secara sadar, masyarakat Kanekes dengan tegas mengakui perbedaan mereka dengan masyarakat Sunda lainnya di luar Kanekes hanyalah dalam sistem religi, bukan etnis. Menurut Djatisunda (1992;2-3) mereka menyebut orang Sunda di luar Kanekes dengan sebutan Sunda Eslam (orang Sunda yang beragama Islam) dan dianggap sebagai urang Are atau dulur are. Arti dari istilah urang are atau dulur are dikemukakan Ayah Kaiti bekas seurat Tangtu Cikeusik bahwa: harti urang are ta, ja dulur are. Dulur-dulur na mah, ngan eslam hanteu sabagi kami di dieu (arti urang are yaitu dulur are. Saudara sih saudara, tetapi menganut agama Islam tidak seperti saya di sini). Ungkapan tersebut memperjelas pengakuan kedudukan etnis masyarakat Kanekes sebagai suku bangsa Sunda yang membedakannya hanyalah sistem religi karena tidak menganut agama Islam.
Madrais_dan_aliran_perjalanan Berbeda dengan masyarakat Baduy yang bertahan dengan tradisinya akibat desakan pengaruh Islam, perjumpaan Islam dengan budaya Sunda dalam komunitas lain malah melahirkan kepercayaan baru seperti yang dikembangkan Madrais di Cigugur Kabupaten Kuningan dan Mei Kartawinata di Ciparay Kabupaten Bandung.
Madrais semula dibesarkan dalam tradisi Islam kemudian melahirkan ajaran baru yang mengajarkan faham Islam dengan kepercayaan lama (pra-Islam) masyarakat Sunda yang agraris dan disebutnya sebagai Ajaran Djawa Sunda atau Madraisme pada tahun 1921. Ia menetapkan tanggal 1 Sura sebagai hari besar seren taun yang dirayakan secara besar-besaran antara lain dengan ngagondang (menumbukkan alu pada lesung sambil bernyanyi). Menurut ajarannya, Dewi Sri atau Sanghyang Sri adalah Dewi Padi yang perlu dihormati dengan upacara-upacara religius daur ulang penanaman padi serta ajaran budi pekerti dengan mengolah hawa nafsu agar hidup selamat. Di pihak lain, ia pun memuliakan Maulid Nabi Muhammad, tetapi menolak Alquran dengan anggapan bahwa Alquran yang sekarang tidak sah sebab Alquran yang sejati akan diturunkan menjelang kiamat. Ajaran Madraisme ini, setelah Madrais meninggal dunia tahun 1939 dilanjutkan anaknya bernama Pangeran Tejabuana, serta cucunya Pangeran Jati Kusumah yang 11 Juli 1981 mendirikan Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang (PACKU) mengharuskan para pengikutnya untuk melestarikan ajaran karuhun Sunda dan ke luar dari agama Islam.
Sementara itu, Mei Kartawinata (1898-1967)
seorang tokoh kebatinan mendirikan aliran kepercayaan perjalanan yang dikenal
dengan "Agama Kuring"
(Agamaku) dan pendiri Partai Permai di Ciparay Kabupaten Bandung. Kisahnya, 17
September 1927, di Subang ia mendapat wangsit untuk berjuang melalui
pendidikan, kerohanian, dan pengobatan melalui perkumpulan Perjalanan yang
mengibaratkan hidup manusia seperti air dalam perjalanannya menuju laut dan
bermanfaat sepanjang jalan. Dia menulis buku "Budi Daya" tahun 1935
yang dijadikan 'kitab suci' oleh para pengikutnya. Ajaran ini memadukan
sinkretisme antara ajaran Sunda Wiwitan, Hindu, Budha, dan Islam.[4]
Sistem Ilmu Pengetahuan &
Tekhnologi
Masalah pendidikan
dan teknologi di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang
baik.Ini terlihat dari peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat
memiliki tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya,
sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi
Pemerintah Jawa Barat, yakni “Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi
Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010″ merupakan
kehendak, harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama
seluruh warga Jawa Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu
bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya
pembangunan Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan
dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan
pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku
pembangunan.
Dalam setiap upaya pembangunan, maka
penting untuk senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat.
Dalam konteks ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku Sunda memiliki
potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis,
falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna
mendalam adalah cageur,
bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi
tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana
pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur
mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur
berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama. Bener yaitu jujur, amanah,
penyayang dan takwa. Pinter,
memiliki ilmu pengetahuan. Singer
artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah upaya mewujudkan pembangunan
pendidikan berfalsafahkan cageur,
bageur, bener, pinter, tur singer tersebut, ditempuh pendekatan social cultural heritage approach.
Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam
menyukseskan program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah.[5]
Dan terbukti, sekarang ini sudah sangat
banyak wadah untuk mengembangkan mutu pendidikan dan tekhnologi di jawa barat,
seperti lembaga-lembaga formil dll. Berikut ini lembaga-lembaga formil yang ada
di jawa barat:
Perguruan Tinggi Negeri
Perguruan Tinggi Swasta
Bahasa
Bahasa Sunda (Basa Sunda,
dalam aksara Sunda Baku ditulis sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa
Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 34 juta orang (sekitar
1 juta orang di luar negeri) dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak
kedua di Indonesia. Bahasa Sunda
dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat, melebar hingga
sebagian Jawa Tengah mulai dari Kali
Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes dan Majenang, Cilacap, di kawasan
provinsi Banten dan Jakarta, serta di seluruh
provinsi di Indonesia dan luar negeri
yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda
membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa
Melayu-Sumbawa.
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda
banyak menggunakan bahasa Sunda. Namun kini telah banyak masyarakat Sunda
terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dalam
bertutur kata. Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota Bandung dan Bogor, dimana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.[7]
Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek
Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa
biasanya membedakan enam dialek yang berbeda.
1. Dialek-dialek ini adalah:
·
Dialek Barat
·
Dialek Utara
·
Dialek Selatan
·
Dialek Tengah Timur
·
Dialek Timur Laut
·
Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten
selatan
2. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor
dan beberapa bagian Pantura.
3. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota
Bandung dan sekitarnya. Sementara itu
4. dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka.
5. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek
ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya
6. dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.[8]
Bahasa Sunda juga
mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa untuk membedakan
golongan usia dan status sosial antara lain yaitu:
1.
Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan
untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.
2.
Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang
yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
3.
Bahasa
Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang
status sosialnya lebih rendah.
Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari Jawa.[9]
Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari Jawa.[9]
Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di
sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda/Pasundan. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian
barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan
nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa
Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai
nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian
menyebar bahkaN sampai ke luar negeri. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan
Kalimantan Selatan banyak sekali warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.[10]
Bahasa Sunda Kuna
adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik
di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek
tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern.
Sedikitnya literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian linguistik varian
bahasa ini.
Kesenian
1. KIRAB HELARAN
Kirap helaran
atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni
pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran.
Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus
seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan
kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti yang diikuti ratusan orang dari
perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa arak-arakan yang pernah
digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak dari
Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi, Jln. Rd. Demang
Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat yang menyajikan
seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung,
engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
KARYA
SASTRA Di bawah ini
disajikan daftar karya sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari daerah
kebudayaan Sunda. Daftar ini tidak lengkap, apabila para pembaca mengenal karya
sastra lainnya dalam bahasa Jawa namun berasal dari daerah Sunda
- Babad Cerbon
- Cariosan Prabu Siliwangi
- Carita Ratu Galuh
- Carita Purwaka Caruban Nagari
- Carita Waruga Guru
- Kitab Waruga Jagat
- Layang Syekh Gawaran
- Pustaka Raja Purwa
- Sajarah Banten
- Suluk Wuyung Aya
- Wahosan Tumpawarang
- Wawacan Angling Darma
- Wawacan Syekh Baginda Mardan
- Kitab Pramayoga/jipta Sara
2. PENCAK SIALAT CIKALONG
Pencak silat
Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya “Maempo
Cikalong”. Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir
seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran
ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
3.
SENI TARI
TARI JAIPONGAN
Tanah Sunda
(Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan
adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau
Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan
modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk
Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula,
yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik
seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’
dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang
menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama
mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau
berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada
acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
TARI MERAK
TARI TOPENG
4.
SENI MUSIK DAN
SUARA
Selain seni tari,
tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya
ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan
yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak
sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena
nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah
salah satu musik/lagu daerah Sunda :
- Bubuy Bulan
- Es Lilin
- Manuk Dadali
- Tokecang
- Warung Pojok
5.
WAYANG GOLEK
Jepang boleh
terkenal dengan ‘Boneka Jepangnya’, maka tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang
Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari
kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut
Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara
manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung
lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan,
pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada
malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga
pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara
kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak
diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha.
Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang
Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang
dinamakan Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari
karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti
pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar
akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
6.
ALAT MUSIK
CALUNG adalah alat musik
Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang
dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul
batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut
titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk
pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang
dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
ANGKLUNG adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus
yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal
penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau
tradisional
KETUK TILU Ketuk Tilu adalah
suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada
acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan
secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di
masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral
tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu
tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang
kegiatan hiburan.
SENI BANGRENG Seni Bangreng
adalah pengembangan dari seni “Terbang” dan “Ronggeng”. Seni terbang itu
sendiri merupakan kesenian yang menggunakan “Terbang”, yaitu semacam rebana
tetapi besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua
orang penabu gendang besar dan kecil.
RENGKONG Rengkong adalah
salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda.
Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama
kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini
sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai
dengan menuainya
KUDA RENGGONG Kuda Renggong atau
Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten
Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau
lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda
tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa
pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain
serta selop.
KECAPI SULING Kacapi Suling
adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling
dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh
mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas
Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar
kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.[11]
7.
RUMAH ADAT
RUMAH DI PAPANDAK, WANARAJA, GARUT
Secara tradisional rumah orang Sunda
berbentuk panggung dengan ketinggian 0,5 m - 0,8 m atau 1 meter di atas
permukaan tanah. Pada rumah-rumah yang sudah tua usianya, tinggi kolong ada
yang mencapai 1,8 meter. Kolong ini sendiri umumnya digunakan untuk tempat
mengikat binatang-binatang peliharaan seperti sapi, kuda, atau untuk menyimpan
alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, garu dan sebagainya. Untuk naik ke
rumah disediakan tangga yang disebut Golodog yang terbuat dari kayu atau bambu,
yang biasanya terdiri tidak lebih dari tiga anak tangga. Golodog berfungsi juga
untuk membersihkan kaki sebelum naik ke dalam rumah.
Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama
yang berbeda-beda bergantung pada bentuk atap dan pintu rumahnya. Secara
tradisional ada atap yang bernama suhunan Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay,
Perahu Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting, dan Buka Pongpok. Dari
kesemuanya itu, Jolopong adalah bentuk yang paling sederhana dan banyak
dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa.
Jolopong memiliki dua bidang atap yang
dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah. Batang suhunan sama
panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap yang sebelah
menyebelah, sedangkan lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan
memotong tegak lurus di kedua ujung suhunan itu.
Interior yang dimiliki Jolopong pun sangat
efisien. Ruang Jolopong terdiri atas ruang depan yang disebut emper atau tepas;
ruangan tengah disebut tengah imah atau patengahan; ruangan samping disebut
pangkeng (kamar); dan ruangan belakang yang terdiri atas dapur yang disebut
pawon dan tempat menyimpan beras yang disebut padaringan. Ruangan yang disebut
emper berfungsi untuk menerima tamu. Dulu, ruangan ini dibiarkan kosong tanpa
perkakas atau perabot rumah tangga seperti meja, kursi, ataupun bale-bale tempat
duduk. Jika tamu datang barulah yang empunya rumah menggelarkan tikar untuk
duduk tamu. Seiring waktu, kini sudah disediakan meja dan kursi bahkan
peralatan lainnya. Ruang balandongan berfungsi untuk menambah kesejukan bagi
penghuni rumah. Untuk ruang tidur, digunakan Pangkeng. Ruangan sejenis pangkeng
ialah jobong atau gudang yang digunakan untuk menyimpan barang atau alat-alat
rumah tangga. Ruangan tengah digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga dan
sering digunakan untuk melaksanakan upacara atau selamatan dan ruang belakang
(dapur) digunakan untuk memasak.
Ditilik dari segi filosofis, rumah
tradisional milik masyarakat Jawa Barat ini memiliki pemahaman yang sangat
mengagumkan. Secara umum, nama suhunan rumah adat orang Sunda ditujukan untuk menghormati
alam sekelilingnya. Hampir di setiap bangunan rumah adat Sunda sangat jarang
ditemukan paku besi maupun alat bangunan modern lainnya. Untuk penguat antar
tiang digunakan paseuk (dari bambu) atau tali dari ijuk ataupun sabut kelapa,
sedangkan bagian atap sebagai penutup rumah menggunakan ijuk, daun kelapa, atau
daun rumia, karena rumah adat Sunda sangat jarang menggunakan genting. Hal
menarik lainnya adalah mengenai material yang digunakan oleh rumah itu sendiri.
Pemakaian material bilik yang tipis dan lantai panggung dari papan kayu atau
palupuh tentu tidak mungkin dipakai untuk tempat perlindungan di komunitas
dengan peradaban barbar. Rumah untuk komunitas orang Sunda bukan sebagai
benteng perlindungan dari musuh manusia, tapi semata dari alam berupa hujan,
angin, terik matahari dan binatang.[12]
Rumah di Papandak, Wanaraja, Garut
8.
PAKAIAN ADAT
Provinsi Jawa Barat yang ibukota Provinsi nya terletak di
Bandung mempunyai beberapa suku, diantaranya Suku Sunda sebagai suku mayoritas
dan suku Badui yang dibedakan menjadi Suku Badui Dalam dan Suku Badui Luar.
Beikut ini adalah informasi penting mengenai pakaian adat Jawa Barat untuk pria
dan wanita :
PAKAIAN ADAT PRIA JAWA BARAT :
- Terdiri dari baju jas dengan kerah menutup leher yang biasa disebut dengan JAS TAKWA.
- Kain batik atau lebih dikenal dengan nama KAIN DODOT dengan motif bebas.
- Celana panjang yang sewarna dengan JAS TAKWA
- Penutup kepala / BENDO
- Kalung
- Sebilah keris yang terselip di belakang pinggang
- Alas kaki atau selop
- Rantai kuku macan atau jam rantai sebagai hiasan JAS TAKWA
PAKAIAN ADAT WANITA JAWA BARAT :
- Baju kebaya motif polos dengan hiasan sulam atau manik-manik
- Kain batik atau disebut juga KAIN KEBAT DILEPE.
- Ikat pinggang, biasa disebut BEUBEUR yang fungsinya untuk mengancangkan kain KEBAT DILEPE
- Selendang, biasa disebut KAREMBONG yang berfungsi sebagai pemanis.
- Beberapa hiasan kembang goyang yang menghiasi bagian atas kepala serta rangkaian bunga melati yang menghiasi sanggul rambut
- kalung
- Alas kaki / selop yang warnanya sama dengan warna kebaya
P
A
K
A
I
A
N
A
D
A
T
S
U
N
D
A
9.
9. MAKANAN KHAS SUNDA
Indonesia memang
terkenal dengan ragam budaya yang ada, dari sabang sampai maorauke, semua
berbeda-beda namun tetap satu. Dengan berbagai macam keanekaragaman yang dimilki
itu,disetiap daerah juga memiliki masakan atau menu favorit yang merupakan
sebuah tradisi dari dulunya.
Kita ambil contoh yakni orang sunda,Orang sunda gemar sekali
menyantap sayuran, makanya kebanyakan orang sunda memilki kulit yang bagus.
Untuk lebih lengkapnya mari kita lihat makanan favorit apa saja sih yang sering
disantap orang sunda.
Sayur asem
Orang jawabarat pada umumnya memang sudah tidak asing lagi dengan sayur yang satu ini, sayur ini memiliki cita rasa yang khas dicampur dengan perpaduan bumbu-bumbu seperti bawang merah dan juga cabai merah, serta jangan lupa memakai asem. Sayur asem ini biasanya paling nikmat jika disajikan dengan ikan asin dan juga sambel pedas,sambel petai goreng juga bisa. Untuk lauknya berupa ikan asin dan juga tahu tempe goreng. Rasanya dijamin membuat lidah ngak berhenti untuk bergoyang menikmati kelezatan masakan yang satu ini.
Lalapan
Orang sunda menyebutnya lalapan / yang
sering kita lihat sayur mentah yang dimakan langsung bersama nasi dan juga lauk
lainnya. Orang sunda paling suka dan hobi sekali dengan lalapan-lalapan ini merupakan
menu tradisi orang sunda dari dulu, jadi dimanapun masakan sunda pasti ada yang
namanya lalapan khas sunda.
Nasi Timbel
Nasi timbel ini biasanya disajikan dengan lauk, lalapan dan juga sambel. Bagi orang sunda lalapan plus sambel merupakan menu yang wajib disajikan dalam makanana orang sunda seari-hari. Nasi timbel ini memiliki lauk berupa ayam goreng maupun ikan Goreng, disajikannya bersama tempe,tahu,ikan_asin_goreng. Bentuk nasinya yang dibungkus dengan menggunakan daun pisang membuat masakan ini terasa di pedesaan.
Pepes
Masakan yang satu ini dimasak dengan mengunakan balutan daun pisang. Pepes yang sering dikonsumsi orang sunda yakni, pepes tahu ,pepes oncom ataupun pepes ikan emas. Rasanya tambah wangi dengan dicampurkan daun kemangi. Makanan orang sunda memang bukan hanya menjadi makanan favorit di daerahnya saja, namun juga di pelosok daerah bahkan sampai keluar negri. Dengan menu makanan favorit yang beranekaragam ini diharapkan makanan khas sunda tetap menjadi makanan yang diminati banyak kalangan.[13]
Kesenian lain
1. Degung
Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang
biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai
musik pengiring/pengantar. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik
khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling,
rebab, dan sebagainya. Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer
di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap
acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung
juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni
tradisional Jawa Barat lainnya.
2. Rampak Gendang
Rampak Gendang merupakan kesenian yang
berasal dari Jawa Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang
secara bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan
cara-cara tertentu untuk melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari
empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang.
Biasanya rampak gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.
3. Calung
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang
disebut Calung, calung ini adalah kesenian yang dibawakan dengan cara
memukul/mengetuk bambu yang telah dipotong dan dibentuk sedemikian rupa dengan
pemukul/pentungan kecil sehingga menghasilkan nada-nada yang khas.
Biasanya calung ini
ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau lebih. Calung ini biasanya
digunakan sebagai pengiring nyanyian sunda atau pengiring dalam lawakan.
4. Pencak Silat
Pencak silat merupakan kesenian yang
berasal dari daerah Jawa Barat, yang kini sudah menjadi kesenian Nasional.Pada
awalnya pencak Silat ini merupakan tarian yang menggunakan gerakan tertentu
yang gerakannya itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat
ini dibawakan oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian yang serba
hitam, menggunakan ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang,
serta memakai ikat kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya Iket.
Pada umumnya kesenian pencaksilat ini ditampilkan dengan diiringi oleh musik
yang disebut gendang penca, yaitu musik pengiring yang alat musiknya
menggunakan gendang dan terompet.
5. Sisingaan
Sisingaan merupakan kesenian yang berasal
dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong
patung yang berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan
digotong oleh empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet.
Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.
6. Kuda Lumping
Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda
dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga
orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan
cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda
serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah
orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang
yang memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya
kesenian ini dipimpin oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan kesenian yang
dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan
kesenian yang cukup berbahaya.
7. Bajidoran
Bajidoran merupakan sebuah kesenian yang
dalam memainkannya hampir sama dengan permainan musik modern, cuma lagu yang
dialunkan merupakan lagu tradisional atau lagu daerah Jawa Barat serta
alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat musik tradisional Jawa Barat
seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi, Rebab, Jenglong serta Terompet.
Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah panggung dalam acara pementasan
atau acara pesta.
8. Cianjuran
Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa
Barat. Kesenian ini menampilkan nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi,
lagu yang dibawakannya pun merupakan lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa
Barat memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran ini yaitu Mamaos yang
artinya bernyanyi.
9. Kacapi Suling
Kacapi suling adalah kesenian yang berasal
dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang hanya
menggunakan Kacapi dan Suling. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk
mengiringi nyanyian sunda yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan
oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden.
10. Reog
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian
yang disebut Reog, kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta
diiringi dengan musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya
dimainkan oleh beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni.
Kesenian ini ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan
cerita yang dibawakan adalah cerita lucu atau lelucon.[14]
ADAT ISTIADAT SUNDA
UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU SUNDA
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang
ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari
Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
- Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis.
- Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.
- Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
- Seserahan (3 – 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
- Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
Dipimpin
pengeuyeuk.
Pengeuyek mewejang
kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua
serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan
berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
Diiringi lagu
kidung oleh pangeuyeuk
Disawer beras, agar
hidup sejahtera.
dikeprak dengan
sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
Membuka kain putih
penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan
belum ternoda.
Membelah mayang
jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya
saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
Menumbukkan alu ke
dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
- Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
- Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
- Upacara Prosesi Pernikahan
Penjemputan calon
pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
Ngabageakeun, ibu
calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon
pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita
untuk masuk menuju pelaminan.
Akad nikah, petugas
KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua
menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri
pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua
insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan
menandatangani surat nikah.
Sungkeman,
Wejangan, oleh ayah
pengantin wanita atau keluarganya.
Saweran, kedua
pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan.
Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin
dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas
payung.
Meuleum harupat,
pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin
wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
Nincak endog,
pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci
dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya
jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat
syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan[15]
SISTEM SOSIAL
SISTEM KEKERABATAN
Sistem keluarga
dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan
ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga.
Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi
adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda
dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan
hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan
langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut
(piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur
atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek,
anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan
seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah
(salsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah
dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun
galur/garis keturunan.[16]
ORGANISASI SOSIAL
Berdasarkan fungsinya,penduduk Sunda dibagi
menjadi dua golongan,yaitu majikan (juragan) dan buruh nelayan (anak-peyang).Masyarakat
diatur oleh pranata-pranata pemerintahan,agama,dan adat yang merupakan kesatuan
yang terintegrasi.
SISTEM INTERAKSI MASYARAKAT SUNDA
Jalinan hubungan antara individu- individu
dalam masyarakat suku Sunda dalam kehidupan sehari- hari berjalan relatif
positif. Apalagi masyarakat Sunda mempunyai sifat someah hade ka semah. Ini
terbukti banyak pendatang tamu tidak pernah surut berada ke Tatar Sunda ini,
termasuk yang enggan kembali ke tanah airnya. Lebih jauh lagi, banyak sekali
sektor kegiatan strategis yang didominasi kaum pendatang. Ini juga sebuah fakta
yang menunjukkan bahwa orang Sunda mempunyai sifat ramah dan baik hati kepada
kaum pendatang dan tamu.
Diakui pula oleh etnik lainnya di negeri
ini bahwa sebagian besar masyarakat Sunda memang telah menjalin hubungan yang
harmonis dan bermakna dengan kaum pendatang dan mukimin. Hal ini ditandai oleh
hubungan mendalam penuh empati dan persahabatan Tidaklah mengherankan bahwa
persahabatan, saling pengertian, dan bahkan persaudaraan kerap terjadi dalam
kehidupan sehari-hari antara warga Sunda dan kaum pendatang. Hubungan urang
Sunda dengan kaum pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa
pun-keseharian, pendidikan, bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui
komunikasi yang efektif. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
kesalahpahaman dan konflik antarbudaya antara masyarakat Sunda dan kaum
pendatang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi penyebab
utamanya adalah komunikasi dari posisi-posisi yang terpolarisasikan, yakni
ketidakmampuan untuk memercayai atau secara serius menganggap pandangan sendiri
salah dan pendapat orang lain benar.
Perkenalan pribadi, pembicaraan dari hati
ke hati, gaya dan ragam bahasa (termasuk logat bicara), cara bicara (paralinguistik),
bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara menyapa, cara duduk, dan aktivitas-aktivitas
lain yang dilakukan akan turut memengaruhi berhasil tidaknya komunikasi
antarbudaya dengan orang Sunda. Pada akhirnya, di balik kearifan, sifat ramah,
dan baik hati orang Sunda, sebenarnya masih sangat kental sehingga halini
menjadi penunjang di dalamterjalinnya system interaksi yang berjalan harmonis.
STRATIFIKASI SUKU SUNDA
Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat
Sunda, mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat
tergantung pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan
keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat
lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat
yang lebih luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat
banyak dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top
leader” yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan
keagamaan. Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan
sebagai kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di
dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan
perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida,
menggambarkan struktur masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku atau
agraris.
Perbedaan status di antara kelompok elite
dengan masyarakat umum dapat terjadi berdasarkan status kedudukan, pendidikan,
ekonomi, prestige sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang telah meneliti
masyarakat Jawa Barat mengatakan bahwa ada kelompok
“in group” dan “out group” dalam struktur
masyarakat. Kaum memandang sesamanya sebagai “in group” sedang di luar status mereka
dipandang sebagai “out group.
W.M.F. Hofsteede, dalam disertasinya Decision-making Process in Four West
Java Villages (1971) juga menyimpulkan bahwa ada stratifikasi
masyarakat ke dalam kelompok elite dan massa. Elite setempat terdiri dari
lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru, tokoh-tokoh politik, agama dan
petani-petani kaya. Selanjutnya, petani menengah, buruh tani, serta pedagang
kecil termasuk pada kelompok massa. Informal
leaders, yaitu mereka yang tidak mempunyai jabatan resmi di desanya
sangat berpengaruh di desa tersebut, dan diakui sebagai pemimpin kelompok
khusus atau seluruh desa.
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam
lingkungan kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan
yang sangat penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari adanya istilah atau
sebutan bagi setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan vertikal (bao, buyut, aki, bapa, anak, incu) maupun yang tidak
langsung dan horisontal (dulur,
dulur misan, besan), melainkan juga berdampak kepada masalah
ketertiban dan kerukunan sosial. Bapa/indung,
aki/nini, buyut, bao menempati kedudukan lebih tinggi dalam
struktur hubungan kekerabatan (pancakaki)
daripada anak, incu, alo,
suan. Begitu pula lanceuk
(kakak) lebih tinggi dari adi
(adik), ua lebih
tinggi dari paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan orang
lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan keluarga
besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga menghargai, kerjasama,
dan saling menolong di antara sesamanya, serta menentukan kemungkinan
terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya guna membentuk
keluarga inti baru.
Pancakaki dapat pula digunakan sebagai media pendekatan oleh
seseorang untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapinya. Dalam hubungan ini
yang lebih tinggi derajat pancakaki-nya
hendaknya dihormati oleh yang lebih rendah, melebihi dari yang sama dan lebih
rendah derajat pancakaki-nya.
HUBUNGAN ANTAR SESAMA MANUSIA
Hubungan antara manusia dengan
sesama manusia dalam masyarakat Sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh sikap “silih
asih, silih asah, dan silih asuh”, artinya harus saling mengasihi, saling
mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh sehingga tercipta suasana kehidupan
masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian, ketentraman, dan
kekeluargaan, seperti tampak pada ungkapan-ungkapan berikut ini:
Kawas gula jeung
peueut yang artinya hidup
harus rukun saling menyayangi, tidak pernah berselisih.
Ulah marebutkeun
balung tanpa eusi yang artinya
jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.
Ulah ngaliarkeun
taleus ateul yang artinya
jangan menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan atau keresahan.
Ulah nyolok mata
buncelik yang artinya
jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan.
Buruk-buruk papan
jati yang artinya
berapapun besar kesalahan saudara atau sahabat, mereka tetap saudara kita,
orang tua tentu dapat mengampuninya.
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA DENGAN BANGSA & NEGARA
Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya, menurut pandangan
hidup orang Sunda, hendaknya didasari oleh sikap yang menjunjung tinggi hukum,
membela negara, dan menyuarakan hati nurani rakyat. Pada dasarnya, tujuan hukum
yang berupa hasrat untuk mengembalikan rasa keadilan, yang bersifat menjaga
keadaan, dan menjaga solidaritas sosial dalam masyarakat. Masalah ini dalam
masyarakat Sunda terpancar dalam ungkapan-ungkapan:
Kudu nyanghulu ka
hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balarea (harus menjunjung tinggi hukum, berpijak kepada ketentuan
negara, dan bermupakat kepada kehendak rakyat.
Bengkung ngariung
bongkok ngaronyok (bersama-sama
dalam suka dan duka).
Nyuhunkeun bobot
pangayon timbang taraju (memohon
pertimbangan dan kebijaksanaan yang seadil-adilnya, memohon ampun).[17]
SISTEM POLITIK & KEPEMERINTAHAN
Provinsi Jawa Barat dibentuk pertamakali
tanggal 14 Agustus berdasarkan penetapan Pemerintah Hindia Belanda melalui
staatblad 1924 Nomor : 378 tanggal 14 Agustus 1926, pada masa pra kemerdekaan
dan pada tanggal 19 Agustus 1945 berdasarkan penetapan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membagi kembali Daerah Negara Republik Indonesia
menjadi delapan provinsi yang salah satunya Provinsi Jawa Barat. Pembentukan
Provinsi Jawa barat ini kemudian ditetapkan kembali oleh Undang-undang Nomor 11
tahun 1950. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah No 26 Tahun 2010 bahwa
tanggal 19 Agustus 1945 ditetapkan sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Barat.
“Eksistensi Budaya Politik Sunda”, bahwa
pada saat krisis ekonomi, krisis politik dan krisis kepercayaan, perlu tampilnya
budaya – budaya politik lokal seperti hanya budaya politik Sunda. Pada tataran
ini dikatakan bahwa budaya politik adalah sikap, perilaku dan simbol-simbol
politik. Budaya politik lokal dijalin oleh aspek-aspek berupa Sikap,
understanding, Habbit atau kebiasaan..
Sistem politik Sunda menganut aliran
utilitas yaitu sistem politik seseorang untuk memaksimalkan keuntungan yang
tidak membeda-bedakan. Sistem politik Sunda bukan hanya rasionalis namun juga
didasarkan pada hati dan perasaan atau sangat menghargai dan menghormati
perasaan (Leuleus jeujeur liat tali), menguasai tanpa menyakiti (Caina herang
laukna beunang) untuk melaksanakan kegiatan senantiasa matang dan bijaksana
(Dibeuweung diutahkeun heula), dan semua itu bermuara kepada dinamika politik
kultur Balabik” yaitu bangunan yang sistem politik Sunda “jembar manah” yang
“Silih asih, silih asah , sislih asuh”. Politisi Sunda bukan hanya sekedar
ingin tampil dalam percaturan partai politik praktis baik ditingkat regional
maupun nasional, tetapi senantiasa ingin ‘menawarkan kepercayaan’ bukan
mengandalkan kekuasaan.
Politisi Sunda tidak mau dan tidak akan
tampil ke depan, kecuali bila dipercaya oleh rakyatnya. Lalu mengapa pada era
reformasi ini kurang pemunculan Ki Sunda? Penyebabnya adalah kepakuman dan
ketersumbatan regenerasi selama 32 tahun. Bahkan pada kurun waktu tersebut
masyarakat Indonesia umumnya diajak atau dibawa ke arah materiallistis. Potensi
Budaya Politik Ki Sunda Potensi budaya politik lokal Sunda dipandang “pantes”
untuk dijadikan salah satu alternatif dinamika perkembangan politik Nasional
yang sedang mengalami krisis kepercayaan. Sebab budaya politik Sunda bukan
menggapai kekuasaan, tetapi “ menawarkan kepercayaan kepada rakyat”. Jika
rakyat percaya niscaya tidak akan muncul sak wasangka dan saling curiga, maka
pada gilirannya akan dapat menghilangkan budaya “Amuk Massa yang irasional,
emosional dan arogansi.
KOnsep Budaya politik Ki Sunda adalah
“Nyakrawati ngabahudenda kalawan adil parama arta”(Memegang kekuasaan itu adalah
memikul tanggung jawab dengan menciptakan keadilan yang merata). Dan
pelaksanaan “Rembug jukung sauyunan “ (Rempug artinya bersama, dan jukung yaitu
berdiri jingkit menahan dengan bahu dan kepala tunduk dan mata memandang ke
bawah, sauyunan artinya satu gerakan. Dengan demikian pelaksanaan pemerintahan
secara kedaulatan rakyat dan kebersamaan, berusaha sekuat tenaga mencapai
tujuan, pimpinan senantiasa memperhatikan keadaan rakyatnya, dan satu kata satu
perbuatan yang seirama. Kalau menteri Kordintor A mengatakan A, maka mentrinya
pun pasti A.
Potensi budaya politik Sunda yang saya
tawarkan dalam konteks ini adalah sapta krida yang terungkap dalam
simbol-simbol, pemikiran-pemikiran, sikap dan perilaku yang digariskan oleh
filosofis kehidupan Ki Sunda, di antaranya.
1. Sikap politik Sunda dalam Hal Kerukunan Agama Sikap politik
Ki Sunda dalam menciptakan kerukunan beragama memiliki prinsif WIWAHA ( Wi
yaitu dua, dan Waha = pemikiran ) artinya toleransi dan tenggang rasa. WIWAHA
berasal dari filsafat Sunda “ Wedel Iman Wajib Amaliah Hukumullah
Ahlakulkarimah” yaitu Kekuatan keimanan harus diwujudkan dalam perbuatan amal
ibadah yang berdasarkan ketentuan agama masing-masing . dengan perbuatan dan
tingkah laku terpuji.
2. Sikap politik Sunda dalam Hal Kepemimpinan dan Pemerintahan
Dalam hal kepemimpinan, budaya politik Sundan menggariskan LURAH, yaitu: L
adalah Landung kandungan laer aisan, leuleus jeujeur liat tali; U adalah Ulah
lanca linci luncat mulang udar tina tali gadang; R adalah Ramah tamah, Rklrik
gemi, A adalah Asak jeujeuhan , Asih asah asuh, dan H adalah Hade tata, hade
basa, Hade gek, Hade pok tur Handap asor.. Jadi seorang pemimpin Ki Sunda harus
yang Bijaksana dan adil adil, konsisten dalam memegang aturan, merakyat dan
sederhana, Luas wawasannya, mampu berkomunikasi dan berani menyampaikan
kebenaran.
3. Sikap Politik Sunda dalam Penegakan hukum dan keadilan Dalam
hal penegakan hukum dan keadilan, budaya politik Sunda menggariskan dalam
simbol ‘TUMUT “ ka sabda ratu, piwejang pinandita, yaitu.: T adalah Tara sirik
pidik jail kaniaya, U adalah Ulah cueut kanu hideung ulah ponteng kanu koneng,
M adalah Mo’ unggut kalinduhan, moal gedag kaanginan, U adalah Ulah ngusik ula
manik, ngahudangkeun macan turu, dan T adalah, Titah ratu, sabda raja Tetekon hukum
nu tangtu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Ki Sunda dalam menegakkan
keadilan senantiasa, Senantiasa positif tinking dan tidak disertai rasa dendam,
jujur tidak membela pihak yang salah, tegas dalam tindakan dan keputusan, tidak
menimbulkan amarah rakyat, dan senantiasa berpedoman kepada ketentuan hukum.
4. Sikap Politik Ki Sunda dalam Peningkatan Ekonomi dan
Kesejahteraan Dalam hal peningkatan ekonomi dan kesejahtraan rakyat, budaya
politik Sunda menganut sistem “SUBUR” ma’mur gemah ripah loh jinawi yaitu, S
adalah Saeutik mahi loba nyesa. U adalah Ulah adean ku kuda beureum; B adalah
Bengkung ngariung bongkok ngaronyok, U adalah Ulah ngaliarkeun taleus ateul,
dan R adalah Repeh rapih, kerta raharja. Dengan demikian dapat dikatakan
politik Ki Sunda untuk mensejahterakan rakyatnya senantiasa berpedoman kepada
prinsif penghematan atau efisiensi, swadaya dan tak bangga mampu membangun
hasil meminjam, diarahkan untuk kesejahteraan bersama, tidak menimbulkan
permasalahan atau anti kolusi korupsi dan nepotisme, serta meujudkan ketenangan
, keamanan, dan kenyamanan.
5. Konsep Politik Ki Sunda dalam Hal Kesatuan – Persatuan,
Ketertiban dan Keamanan Dalam hal Kesatuan – Persatuan , ketertiban dan
keamanan, Budaya Politik Sunda mengandung prinsip, boga “WATES,” wangenan yaitu
berasal dari W adalah “Waspada permana tinggal”; A adalah “Ayem tengtrem, kerta
raharja sepi paling towong rampog”, T yaitu “Tiis ceuli herang mata, Tjaina
herang laukna beunang. E adalah Entong endag buuk salambar ngabela lemah cai,
serta S dari Sareundeuk saigel, sabata sarimbagan, saketek sapihanean. Hal ini
secara singkat dapat dikemukakan bahwa dalam menjaga persatuan dan kesatuan ki
Sunda .berpegang teguh pada prinsif Ketahanan Nasional yang siaga dalam
menghadapi berbagai keadaan yang akan timbul, Menciptakan stabilitas nasional,
mewujudkan suasana yang kondusif, menanggani segala bentuk ancaman dengan tidak
merusak keadaan, berani berkorban untuk negara, bersatu padu dalam
mempertahankan kemerdekaan.
6. Sikap Politik Sunda dalam Hal Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Dalam hal meraih kemajuan bangsa melalui perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi, budaya politik Sunda menganut sistem
“NANJUNG” yang berasal dari konsep N yaitu Nete taraje nincak hambalan; A adalah
Asak jeujeuhan , N yaitu Ngadek sacekna, nilas saceplasna, J yaitu Jembar
pangabisa, U = Ulah heureut ku sateukteuk, N adalah Ngindung ka waktu, mibapa
ka zaman, serta G = Gemah ripah lohjinawi. Secara umum dapat dikatakan bahwa Ki
Sunda dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yaitu Perkembangan
Ilmu pengatahuan dan Teknologi diselaraskan dengan cara bertahap,
mempertimbangkan baik buruknya, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan,
Kreatif dan inovatif, mengikuti perkembangan dan situasi, serta diarahkan untuk
kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
7. Sikap Politik Ki Sunda dalam Aspek Sosial-Budaya Dalam
bidang hubungan sosial dan pengembangan budaya, konsep politik Sunda
menggunakan prinsif “GENAH” tur tumaninah. G adalah Guru ratu wong atua karo; E
berasal dari Entong Poho Ka Purwadaksina, N yaitu Nulung kanu butuh, nalang
kanu susah, nganteur kanu keueung, A adalah Akal budi lantaran ti pada jalma,
Adat talari karuhun serta H artinya Handap asor, hade hate, hade tata hade
basa, hade gek, hade pek. Jadi Dalam hal hubungan sosial Sikap politik Ki Sundan
yaitu hormat kepada guru, patuh pada peraturan pemerintah dan menjunjung nama
baik orang tua; dengan tidak melupakan kepribadian bangsa, senantiasa saling
tolong-menolong/membantu sesama manusia, menjunjung tinggi tradisi budaya,
serta ramah tamah, berpikiran positif dan bertingkah laku sopan.
Kendala Budaya Politik Sunda Sekalipun
telah dipaparkan di muka, bahwa budaya politik Sunda dapat eksis sebagai bagian
dari dinamika perkembangan sistem politik di Indonesia, namun bukan berarti
tidak memiliki kendala. Beberapa hal yang merupakan kelemahan budaya politik
Sunda yaitu,
Ø Depensif Budaya politik Sunda lebih bersifat depensif
artinya menunggu, tidak bersifat agresif. Budaya “ Ulah agul Ku payung butut “
yang artinya jangan memperlihatkan diri, membuat budaya politik Sunda tidak
bertujuan untuk dapat dipamerkan dalam wacana tingkat nasional.
Ø Terlalu Realistis Budaya politik Ki Sunda terlalu realitis,
senantiasa ingin dulu nyata baru dikatakan dan dibicarakan, meskipun mengandung
prinsif “Hade ku basa goreng ku basa” (baik buruk tergantung pembicaraan),
namun tak berani berbicara bila tanpa realita. Hal ini digariskan dalam sikap “
Ulah ngalobakeun catur tanpa bukur ‘ (Janganlah berbicara kalau tak ada
realita)..
Ø Keterbatasan Birokrasi Dalam budaya politik lokal Sunda,
sebagaimana dikemukakan oleh dua pakar di atas, yaitu “Nete taraje nincak
hambalan” atau “Malapah gedang” yang berarti sesuai dengan prosedur dan
mengikuti langkah-langkah birokrasi. Memang ada keteraturan yang prosedural
namun hal ini menjadi kelemahan tat kala sampai pada tingkat menentukan,
apalagi jika situasi menginginkan perubahan cepat, justru terbentur kepada
konsep “Taktak moal ngaluhuran sirah” ( Bawahan tak akan melebihi atasan).
Masih mungkin jika dengan santun “Manawi teu kaabotan…”, yang di atas itu cukup
“Legawa”. Jika tidak? Maka akan terbentur pada suatu kebuntuan sistem dan
mekanisme. . Solusi Untuk mengatasi masalah budaya politik Sunda yang
deffensif, realistis, dan keterbatasan birokrasi tersebut, dapat kiranya
diadakan suatu pembaharuan atau perkembangan barus sistem politik dalam hal
itu. Pembaharuan tersebut dengan menggunakan konsep regenarasi dan kaderisasi,
cultural, religi, etis, dan berwawasan lingkungan secara progressif.
• Pada aspek
deppensif, solusinya dapat diadakan kaderisasi melalui peningkatan “Semangat
juang”, sehingga muncul tunas-tunas muda yang “Leber wawanen,”, “Luhung Elmu
jembar pangabisa”, dan “ Leuleus jeujeur liat tali” (Memiliki keberanian yang
tinggi, kemampuan pengetahuan yang luas, dan kekuatan yang mantap) atau sering
disebut “ Wesesen, Wawasan, jeung Wedel iman. Namun tetap “Teu poho kana
purwadaksina” (berpijak pada sistem politik yang ada). Dengan demikian maka
diharapkan para politisi Sunda dapat tampil ke permukaan percaturan politik Nasional
dan dapat mengatasi kemelut politik yang sedang berlangsung.
• Sebagai problem solving atas konsep terlalu
realistis. Barang kali dapat dengan lebih memajukan konsep “Hade ku Basa goreng
ku Basa” sehingga unsur rasa dengan santun komunikasi yang “puguh entep
seureuhna” bisa memberikan argumen yang realistis sekalipun baru berupa konsep
“ Neangan kalangkang heulang” (mencari solusi yang belum ada).Tapi jangan
“ngajul bentang ku asiwung”, namun harus benar-benar “Awas permana tinggal”.
• Pada aspek keterbatasan
birokrasi, perlu dikembangkan suatu sistem motivasi yang tinggi dengan
memunculkan indikator kepemimpinan yang baik, sehingga dapat ditumbuh
kembangkan konsep Budaya politik Sunda Baru yang sedikit mentranfer bangsa
bahari “ Beber layar tarik jangkar “ (Siap berlayar di samudra luas yang penuh
gelombang), dan di sisi lain para inohong memiliki sikap “Tungkul ka jukut
tanggah ka sadapan “ (Berani melihat keadaan diri dan lingkungannya yang
senantiasa berkembang), sehingga muncul kelegawaan untuk mawas diri atau,
“Ngukur ka kujur , nimbang ka awak, alias Nalipak maneh” (berani mundur dari
jabatan yang tak layak lagi ditempatinya) demi kemajuan bangsanya.[18]
Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat
“Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”
Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut :
Ø Mandiri :
Adalah sikap dan kondisi
masyarakat Jawa Barat yang mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju dengan
mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, terutama dalam bidang pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan, pelayanan publik berbasis e-government, energi,
infrastruktur, lingkungan dan sumberdaya air.
Ø Dinamis :
Adalah sikap dan kondidi
masyarakat Jawa Barat yang secara aktif mampu merespon peluang dan tantangan
zaman serta berkontribusi dalam proses pembangunan.
Ø Sejahtera :
Adalah sikap dan kondisi
masyarakat Jawa Barat yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman dan
makmur dalam menjalani kehidupan.
Misi
1.
Mewujudkan Sumber
Daya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan Berdaya Saing;
2.
Meningkatkan
Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal;
3.
Meningkatkan
Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah;
4.
Meningkatkan Daya
Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan;
5.
Meningkatkan
Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi
Provinsi Jawa Barat, sejak
berdirinya sampai sekarang telah dipimpin oleh 12 orang Gubernur, yaitu :
NO
|
NAMA
GUBERNUR
|
MASA JABATAN
|
FOTO
|
1
|
M Sutardjo
Kartohadi
|
(1945-1946)
|
|
2
|
Mr.Datuk Djamin
|
(1946)
|
|
3
|
M.Sewaka
|
(1946-1952)
|
|
4
|
R.Muhamad
Sanusi Hardjadinata
|
(1952-1956)
|
|
5
|
R.Ipik Gandamana
|
(1956-1960)
|
|
6
|
H. Mashudi
|
(1960-1970)
|
|
7
|
Solihin GP
|
(1970-1975)
|
|
8
|
H. Aang Kunaefi
|
(1975-1985)
|
|
9
|
HR.Yogie SM
|
(1985-1993)
|
|
10
|
R.Nuriana
|
(1993-2003)
|
|
11
|
H.Danny Setiawan
|
(2003 –
2008)
|
|
12
|
H. Ahmad Haryawan
|
(2008-sekarang)
|
|
TEKHNOLOGI & PERALATAN HIDUP
Dilihat dari Suku
Sunda meyakini banyaknya pamali dalam kehidupan sehingga sistem teknologi orang
Sunda tidak banyak berbeda dengan suku Jawa.Mereka mengenal adanya
selamatan.Umumnya,mata pencaharian mereka adalah bertani,
berladang serta becocok tanam di sawah.Teknologi yang mereka
gunakan umumnya sama dengan masyarakat pertanian lainnya di Indonesia seperti cangkul,bajak,dan sebagainya.
berladang serta becocok tanam di sawah.Teknologi yang mereka
gunakan umumnya sama dengan masyarakat pertanian lainnya di Indonesia seperti cangkul,bajak,dan sebagainya.
Masalah pendidikan dan teknologi di dalam
masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat dari
peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam
memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak warga
yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah Jawa Barat,
yakni “Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju di Indonesia
dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010″ merupakan kehendak, harapan,
komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga Jawa Barat
dalam mencapai tujuan pembangunannya.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu
bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya
pembangunan Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan
dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan
pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku
pembangunan.
Dalam setiap upaya pembangunan, maka
penting untuk senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat.
Dalam konteks ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku Sunda memiliki
potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis,
falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna
mendalam adalah cageur,
bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi
tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana
pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur
mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur
berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama. Bener yaitu jujur, amanah,
penyayang dan takwa. Pinter,
memiliki ilmu pengetahuan. Singer
artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah upaya mewujudkan pembangunan
pendidikan berfalsafahkan cageur,
bageur, bener, pinter, tur singer tersebut, ditempuh pendekatan social cultural heritage approach.
Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam
menyukseskan program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah.
SISTEM EKONOMI
Berikut ini kami utarakan
beberapa contoh sistem ekonomi masyarakat Sunda. Jika dilihat dari segi letak
goegrafis, masyarakat Sunda lebih banyak bermata pencaharian berkebun, karena
banyak daerah yang berudara dingin seperti Bandung dan Bogor. Salah satu contoh
yang dapat kami utarakan yaitu masyarakat di daerah Ciwidey, mereka lebih
memilih untuk membuat kebun Strawberry sendiri di halaman rumah mereka. Begitu
juga di salah satu kota kecil di Bandung yaitu Lembang, jika kita pergi kesana,
kita akan banyak menemukan banyak kebun teh yang terbentang luas.
Meskipun masyarakat Sunda banyak
yang bermata pencaharian berkebun, tetapi ada juga yang bermata pencaharian
bertani seperti di Karawang. Di daerah tersebut masih banyak lahan pertanian
yang luas dan sebagian besar masyarakat di daerah karawang bekerja sebagai
petani.
Apa yang telah kami paparkan
diatas, adalah system ekonomi tradisional masyarakat Sunda. Kami akan
menyebutkan beberapa contoh sistem ekonomi modern masyarakat Sunda. Jika kita
pergi ke daerah Bandung kita akan banyak menemukan berbagai macam toko busana
seperti factory outlet, clothing, distro, butik-butik, dan lain-lain.
Bisa dikatakan Badung adalah kota mode Indonesia yang dijuluki Paris Van Java.[20]
SISTEM TEKHNOLOGI PERALATAN HIDUP TRADISIONAL SUNDA
Didalam kehidupan masyarakat sunda saat
ini, terutama dalam kehidupan masyarakat perkotaan sudah jarang sekali atau
mungkin kita tidak akan dapat menemukan suatu sosok individu atau kelompok
masyarakat sunda yang melakukan proses sosialisasi terhadap keluarganya
mengenai budayanya sendiri. Sehingga wajar apabila terjadi dalam kehidupan
generasi muda saat ini yang hidup diperkotaan ada yang tidak mengenal tentang
adapt istiadat sunda, sejarah, bahasa, kesenian dan teknologi peralatannya,
justru yang mereka kenal adalah budaya llllain yang diadopsidalm kehidupan
sehari-hari seperti musik barat yang beraliran keras, pakaian model barat yang
serba buka-bukaan, makanan produk barat yang mengandung lemak, perabot rumah
tangga yang serba modern dan canggih, bahasa yang digunakan tidak lagi bahasa
ibu ( bahasa daerah ) tetapi bahasa campuran yang tidak dimengerti oleh orang
lain, rasa sopan santun sudah tidak, baik terhadap orang tua maupun orang lain
dan lain sebagainya.
Teknologi peralatan masyarakat sunda yang
saat ini kurang diminati oleh masyarakat sunda sendiri di dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam kehidupan masyarakat sunda yang berada diperkotaan,
mereka lebih senang dan bangga terhadap teknologi peralatan ytang serba modern,
yang lebih praktis pemakaiannya. Mereka yang biasa hidup dikota merasa gengsi
atau malu apabila membeli atau menggunakan teknologi peralatan tradisional
sunda, yang menurut anggapan mereka sudah tidak layak lagi dalam kehidupan
modern ini.
teknologi peralatan
masyarakat sunda dapat dibagi kedalam empat bagian :
1) Teknologi peralatan rumah
tangga
2) Teknologi peralatan berburu
3) Teknologi peralatan pertanian
4) Teknologi peralatan transportasi
2) Teknologi peralatan berburu
3) Teknologi peralatan pertanian
4) Teknologi peralatan transportasi
Teknologi Peralatan Rumah Tangga
Teknologi peralatan rumah tangga dalam kehidupan masyarakat sunda diantaranya :
Teknologi peralatan rumah tangga dalam kehidupan masyarakat sunda diantaranya :
·
Aseupan, terbuat
dari bambu gunanya untuk menanak nasi.
·
Ayakan, terbuat dari bambu gunanya untuk
mencuci sayuran atau untuk menangkap ikan.
·
Baki, terbuat dari
kayu gunanya untuk tempat gelas atau keler
·
Bakul, terbuat dari bambu gunanya untuk beras
atau nasi.
·
Baskom, terbuat dari alumunium gunanya untuk
tempat beras, nasi, makanan, sayuran dll
·
Boboko, terbuat
dari bambu gunanya untuk beras atau nasi.
·
Cecempeh, terbuat dari bambu gunanya untuk
membersihkan beras atau menjemur makanan.
·
Centong, terbuat dari kayu gunanya untuk
mengambil nasi.
·
Centing, terbuat dari tanah gunanya untuk
menyimpan garam.
·
Cewo, terbuat dari tanah merah gunanya untuk
membakar garam batu supaya halus.
·
Coet jeung mutu, coet terbuat dari tanah atau
batu, mutu terbuat dari kayu atau batu gunanya untuk membuat bumbu masak atau
sambel.
·
Cukil, terbuat dari kayu atau bambu gunanya
untuk mengambil nasi.
·
Cumbung, terbuat dari bambu gunanya untuk
tempat nasi pada waktu kendurian.
·
Didingklik/jojodog, terbuat dari kayu gunanya
untuk tempat duduk.
·
Dingkul, boboko besar terbuat dari bamboo
gunanya untuk tempat nasi atau tempat beras.
·
Hihid, terbuat dari bambu gunanya untuk
mengipasi nasi panas.
·
Dulang, terbuat dari kayu gunanya untuk
menghaluskan nasi atau membuat ulen.
·
Emuk, terbuat dari seng atau kaleng gunanya
untuk tempat air minum.
·
Cangkir, terbuat
dari seng atau kaleng gunanya untuk tempat air minum.
·
Gayung, terbuat dari batok kelapa gunanya
untuk mengambil air dari buyung.
·
Gentong butung, terbuat dari tanah gunaynya
untuk tempat air atau tempat beras.
·
Halu, terbuat dari kayu gunanya untuk menumbuk
padi.
·
Hawu, terbuat dari tanah atau semen gunanya
untuk memasak.
·
Jodang, ayakan besar terbuat dari bambu
gunanya untuk menjemur makanan seperti opak atau rengginang.
·
Jubleg, semacam lisung terbuat dari kayu atau
batu gunanya untuk membuat tepung.
·
Jubung, terbuat dari bambu gunanya untuk
menyimpan aseupan yang berisi nasi.Ø
·
Kalo, terbuat dari anyaman kawat atau bambu
gunanya untuk menyaring tepung.
·
Kameuti/kameron, terbuat dari anyaman daun
pandan atau daun gebang gunanya untuk tempat makanan kalau bepergian kehutan.
·
Kastrol, terbuat dari besi gunanya untuk
menanak nasi atau memasak air.
·
Katel, terbuat dari besi gunanya untuk
menggoreng.
·
Kele, terbuat dari ruas bambu gunanya untuk
mengambil air.
·
Kekeb, terbuat dari bambu gunanya untuk
menutupi aseupan kalau menanak nasi atau memasak masakan.
·
Kekeba/ tingkeb, terbuat dari anyaman bambu
gunanya untuk membawa oleh-oleh
·
Kempis/korang, terbuat dari anyaman bambu
gunanya untuk tempat ikan pada waktu memancing.
·
Kendi, terbuat dari tanah gunanya untuk
menyimpan air.
·
Koja, terbuat dari anyaman rotan gunanya untuk
membawa makanan kalau pergi kehutan.
·
Kolanding, terbuat
dari ruas bambu gunanya untuk mengambil lahang.
·
Nyiru, terbuat dari anyaman bambu gunanya
untuk membersihkan gabah, beras dll.
·
Parako, terbuat dari palupuh mamakai tanah
gunanya untuk menyimpan hawu supaya tidak kebakaran.
·
Parud, terbuat dari kayu memakai seng atau
kawat gunanya untuk memarut kelapa.Ø
Piring, terbuat dari kaleng atau porselen gunanya untuk makan atau tempat makan.
Piring, terbuat dari kaleng atau porselen gunanya untuk makan atau tempat makan.
·
Poci, terbuat dari tanah atau kaleng gunanya
untuk meneduh air the.
·
Rampadan, terbuat dari kuningan gunanya untuk
mengantarkan hidangan pada tamu
·
Ranggap, terbuat dari bambu gunanya untuk
mengurung ayam.
·
Rantang, terbuat dari kaleng untuk membawa
makanan .
·
Sair, terbuat dari bambu gunanya untuk
menagkap ikan.
·
Sangrayan, terbuat dari tanah gunaya untuk
memasak kacang tanpa menggunakan minyak
·
Seserok, terbuat dariØ seng atau kaleng
gunanya untuk mengankat gorengan
·
Teko, terbuat dari dari kaleng atau aluminium
gunanya tempat air.
·
Tolombong, terbuat dari anyaman bambu gunanya
untuk mengambil buah-buahan atau ubi-ubian dari kebun.
Teknologi Peralatan Berburu
Teknologi peralatan untuk menangkap binatang dalam kehidupan masyarakat sunda diantaranya :
Teknologi peralatan untuk menangkap binatang dalam kehidupan masyarakat sunda diantaranya :
·
Bandring, terbuat
dari kayu dan karet gunanya untuk melemparkan batu dalam menangkap burung.
·
Bedog, terbuat dari besi gunanya untuk
menyembelih binatang buruan atau untuk memotong pohon.
·
Burang, terbuat dari bambu runcing gunanya
untuk ranjau dalam menagkap binatang.
·
Panah, terbuat dari bambu memaki besi gunanya
untuk melukai binatangt.
·
Sumpit, terbuat dari bambu kecil dengan peluru
terbuat adri harupat kawung memakai kapuk atau kapas gunanya untuk menangkap
burung
·
Tumbak, terbuat dari kayu memaki besi gunanya
untuk menusuk binatang buruan.Ø
Teknologi Peralatan Pertanian.
Teknologi peralatan pertanian dalam kehidupan masyarakat sunda dibagi kedalam dua kelompok masyarakat yaitu:
Teknologi peralatan pertanian dalam kehidupan masyarakat sunda dibagi kedalam dua kelompok masyarakat yaitu:
a. Masyarakat sawah, peralatan yang digunakan
diantaranya adalah :
·
pacul, terbuat dari
tipis dan lebar memakai gagang guannya untuk menggali lobang untuk menggali lobang
atau menggemburkan tanah
·
Etem, terbuat dari besi semacam silet besar
memakai kayu gunanya untuk memotong padi.
·
Garu, terbuat dari kayu seperti sisir gunanya
untuki menghaluskan tanah yang sudah dicangkul atau setelah diwuluku.
·
Arit, terbuat dari besi berbentuk berbentuk
bulan sapasi gunanya untuk memotong rumput.
·
Parang, terbuat dari besi besar keujung
memakai gagang kayu gunanya untuk membersihkan rumput dipematang sawah.
·
Gacok, terbuat dari besi dan kayu seperti
garpu, memakai ngagang seperti cangkul gunanya untuk menggaruk rumput atau
sampah.
·
Susurung, terbuat dari kayu panjang memakai
gagang gunanya untuk meratakan tanah sawah sebelum ditanami padi.
·
Caplak, terbuat dari kayu seperti sisir dengan
jarak 20 centimeter gunanya untuk mengatur jarak menanam padi
Masyarakat ladang,
peralatan yang digunakan diantaranya adalah :
·
Bedog, terbuat dari
besi gunanya untuk memotong kayu atau pohon.
·
Arit, terbuat dari
besi berbentuk bulan sepasi gunanya untuk memotong rumput.
·
Baliung, terbuat
dari besi berbentuk patik tetapi bisa diputar gunaya untuk membelah atau
mengupas kayu
·
Congkrang, terbuat dari besi dan kayu gunanya
untuk mengambil kayu baker atau membersihkan rumput dan ranting.
·
Gacok, terbuat dari besi dan kayu seperti
garpu, mamakai gagang seperti cangkul gunanya untuk menggaruk rumput atau
sampah.
·
Gaet, terbuat dari besi semacam arit yang
bentuknya lebih kecil dengan memakai pegangan yang panjang gunanya untuk
mengambil daun pisang.
·
Gobang, terbuat dari besi bentuknya seperti
golok tapi panjang gunanya untuk memotong kayu atau senjata perang jaman dulu
·
Kampak, terbuat
dari gigi berbentuk gigi mamakai kayu gunanya untuk membelah kayu atau memotong
kayu.
·
Kored, terbuat dari besi bentuknya kecil
gunanya untuk membersihkan rumput.
·
Pacul, terbuat dari besi tipis dan lebar
memakai gagang (doran) gunanya untuk menggali lobang atau menggemburkan tanah.
·
Patik, terbuat dari besi seperti kapak besar
gagangnya panjang gunanya untuk memotong atau membelah kayu.
·
Aseuk, terbuat dari kayu bulat panjang,
ujungnya runcing gunanya untuk membuat lubang pada tanah yang akan ditanami.
Teknologi Peralatan Transportasi
Teknologi peralatan transportasi dalam kehidupan masyarakat sunda diantaranya adalah:
Teknologi peralatan transportasi dalam kehidupan masyarakat sunda diantaranya adalah:
·
Delman, kretek,
alat transportasi yang terbuat dari kayu dan besi dengan tutup atas plastik
atau terpal, kapasitas penumpang enam orang termasuk kusir dan ditarik oleh
kuda dan kondisi kendaraan agak tinggi dari dokar dan sado.
·
Dokar, sado, alat transportasi yang terbuatØ dari kayu dan besi dari tutup atas plastik atau terpal,
kapasitas penumpang enam orang ditarik oleh kuda kondisi kendaraan agak pendek
dari delman dan kretek.
·
Padati, alat transportasi yang terbuat dariØ kayu dan besi berbentuk persegi empat dengan tutup atas
plastik atau terpal, untuk mengangkut barang dan ditarik oleh sapi
·
Gorobag,Ø terbuat dari kayu dan besi dengan ukuran berbentuk persegi
empat lebih besar dari pedati dengan tutup atas plastik atau terpal, untuk
mengangkut barang dan ditarik oleh dua ekor sapi
·
Parahu, terbuat dari kayu dengan ukuran kecil
atau besar gunanya untuk mengankut barang atau oarang dalam menyebrang sungai.Ø
·
Rakit, terbuat dari susunan bambu yang diikat
dengan menggunakan tali pegangan dati kawat yang membentang diantara dua tepi
sungai atau dengan menggunakan tongkat sebagai alat penekan supaya maju,
gunanya sebagai alat penyebrangan orang atau barang dan kendaraan kecil.
Teknologi
peralatan tradisisonal masyarakat sunda ini, tentunya masih ada dan digunakan
oleh sebagian kecil masyarakat sunda yang masih hidup dalam kesederhanaannya
terutama di pedesaan. Mereka senantiasa bersatu dengan alamkarena kehidupan
kesehariannya pada umumnya adalah berladang dan bersawah, anak-anak desa setiap
harinya mempunyai pekerjaan membantu orang tua setelah pulang sekolah, mereka
pergi keladang atau kesawah memotong rumput untuk ternaknya, setelah selesai
baru mereka bermain, menjelang sore mereka mengaji dam pulang mengaji mereka
belajar.
Begitulah kiranya keseharian mereka dalam menjalani
kehidupan di pedesaan.
Bagaimana kehidupan dikota tentunya sangatlah derbeda dengan kebiasaan hidup dipedesaan. Dikota mereka sangat dimanjakan dengan berbagai suasana yang serba santai, tempat hiburan yang mengundang kebebasan, tanggung jawab membantu orang tua setelah pulang sekolah tidak ada, akhirnya mereka bergaul dengan bebas dalam kehidupan lingkungan kota yang menjanjikan kesenangan lahiriyah saja.
Bagaimana kehidupan dikota tentunya sangatlah derbeda dengan kebiasaan hidup dipedesaan. Dikota mereka sangat dimanjakan dengan berbagai suasana yang serba santai, tempat hiburan yang mengundang kebebasan, tanggung jawab membantu orang tua setelah pulang sekolah tidak ada, akhirnya mereka bergaul dengan bebas dalam kehidupan lingkungan kota yang menjanjikan kesenangan lahiriyah saja.
DAFTAR
PUSTAKA
Http://id.wikipedia.org/wiki/suku_sunda#etimologi
Http://www.jabarprov.go.id/index.php/submenu/959
Http://forum.kompas.com/jawa/44419-suku-sunda.html
Http://sundavhie.blogspot.com/2012/05/sistem-kepercayaan-suku-sunda.html
Http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
Http://forum.kompas.com/jawa/44419-suku-sunda.html
Http://id.wikipedia.org/wiki/bahasa_sunda
Http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda#Etimologi
[2] http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/959
[3] http://forum.kompas.com/jawa/44419-suku-sunda.html
[4] http://sundavhie.blogspot.com/2012/05/sistem-kepercayaan-suku-sunda.html
[5] http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
[7] http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda#Bahasa
[9] http://forum.kompas.com/jawa/44419-suku-sunda.html
[10] http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda
[11] http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda#Bahasa
[13] http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
[14] http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
[15] http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
[16] http://forum.kompas.com/jawa/44419-suku-sunda.html
[17] http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
[18] http://aomvanriest.wordpress.com/potensi-budaya-politik-sunda/
[19] http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/959
[20] http://blogmasihbelajar.blogspot.com/2012/03/suku-sunda.html
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
Maaf mau mengkoreksi : Statistik pemeluk agama orang Sunda itu, 99,8 % Islam.
BalasHapusWEDDING VENUE & ORGANIZER PACKAGE di BANDUNG
BalasHapusHIS BALAI SARTIKA CONVENTION HALL
Comfort and elegant wedding venue, full carpet, AC, and beautiful main Enterance access
Only 4 KM from TOL Buah Batu
Start from 200jt ALL IN PACKAGE
For More Information please contact me on WhatsApp 089611648377 (Zulfa)