DEKSRIPSI
KEGIATAN PENELITIAN BULUKUMBA-SELAYAR
SULAWESI SELATAN 1-4 MEI 2013.
Oleh : Eka
Suhartono
Makassar,
2013
Pagi May 13, 2013. Pukul 5.00 Wita.
Keheningan subuh, terdengar dering alarm handphond pengingat waktu terbangun. Suara gemahan adzan subuhpun
berkumandang dibalik jendela kamar yang bersumber di masjid yang tidak jauh
dari rumah. Bertindak sebagai pemimpin dalam penelitian membuat semua kegiatan
harus terplaning dengan baik.
Tersadar, dan bersegera mengambil air
wudhu, kebetulan sudah ada janji untuk ke perwakilan bus yang akan di kendarai
selama penelitian dan untuk membayar segala hal yang berhubungan dengan
administrasi. Setelah melaksanakan shalat subuh, terlihat hal-hal yang tidak
biasa dikamar. Terhambur,berantakan dan
kocar-kacir. Bersegeralah membereskan segala macam hal yang tidak
biasanya terlihat tidak berada ditempatnya dan tidak tersusun seperti biasanya.
Pakaian,tas,sajadah dan sarung, buku-bukuan, kertas,kabel-kabel charged,dan
tempat tidur. Semua usaha berakhir dengan baik.
Pukul 5.13 Wita. Berjalan keluar dari
tempat beristirahat biasanya,menuju ke pintu dunia luas. Seiring berjalan
keadaan dan suasana hening sedikit demi sedikit kembali terasa. Tak ada nyawa
lain terakses di indera. Sedikit gelap, hanya terlihat sedikit cahaya dari sang
surya yang masuk dari balik jendela. Tarikan bidang besi untuk menutup ruang
dalam rumah dan berdiri menatap aktivitas luar yang telah terkonsep baik
difikiran. Sang surya sedikit demi sedikit sudah memancarkan parasnya. Si kuda
hitam besi beridentitas “ DD 3750 NW “ sudah menjemput seakan siap setiap saat
menemani dalam mengarungi segala kegiatan. Sekitar pukul 05.20 Wita. Mulailah
semua cerita tentang aktifitas dimulai. Menuju ke tempat perwakilan bus dan
dimulai dari jalan cilallang jaya 7, suasana begitu sunyi di sepanjang jalan,
hanya terlihat beberapa orang yang sedang berjalan dan berlari dengan tujuan
masing-masing. Sampai jalan Andi Pettarani sudah terlihat sedikit aktifitas dan
terdengar suara klakson kendaraan-kendaraan yang belum sepadat biasanya.
Berkendara dengan santai, dan diselimuti dinginnya pagi. Kain yang melekat di
badan seakan tidak mampu menghalangi udara dingin menyentuh kulit. Sampai
sebelum flyover terlihat pembelokan kiri menuju jalan baru yang terlepas dari
jalan awal. Maccini Raya, jalanan yang tidak begitu besar, batu-batuan masih
berserakan dijalan, kesunyian masih terasa begitu hebatnya. Hanya hidup sendiri
di sepanjang jalan. Pasar,dan ruko-ruko masih belum terlihat aktifitas yang
biasanya. Terlena dengan keadaan dan perhatian sudah tidak terlalu focus, tak
terasa tempat yang ingin dituju terlewat sedikit, memutar dan langsung berbelok
kanan, yang awalnya berada di kiri. Tersenyum dan mengucapkan kalimat
istighfar. Sampai terlihat besi persegi panjang berwarna ping besar dengan 2
band yang terlihat diposisi kiri tempat perhentian. Rumah yang berada di ujung
pertigaan sebelah kiri jalan. 2 rumah yang sedikit kecil dan berdempetan.
Berwarna hijau dan kuning. Dan tujuan utama di rumah kuning berpagar kayu bambu
bercat putih.
Terlihat
6 orang asing dengan paras tegas, berkulit hitam dan sedikit usam. Salah satu
dari mereka terlihat angkuh dengan kulit hitam dan berparas tidak biasa di suku
yang ada di wilayah itu. Ada juga berkumis yang sedikit mencairkan pikiran
dengan senyuman sapanya. Dan 3 lagi masih terlihat lemas dan sedikit memaksakan
kedua matanya untuk benar-benar terbuka. Melihat kearah pintu terlihatlah sosok
lelaki sedikit tua kira-kira berusia 40-49 tahun. Pendek dan sudah familiar
terlihat. Menyapa dan mengajak untuk masuk kedalam rumah. Berjalan seperti
biasa dan mengucapkan salam Assalamualaikum.terdengar balasan salam waalaikum
salam dari seorang wanita separuh baya umurnya sekitar 30-35 tahun dan juga
terlihat familiar. Suasana saat itu terasa formal dengan berada di tempat duduk
yang lumayan empuk berbentuk huruf L dan ditengahi oleh meja dan ruangnya
bercat hijau. Langsung kepada pembicaraan formal yang seakan mempercepat dan
tanpa basa-basi mengingat waktu keberangkatan yang disepakati sudah menjelang.
Sisa panjar sebesar 3000.000 tiga juta rupiah bertindak sebagai media sebagai
petanda komitmen dan kerjasama resmi dilakukan. Kertas kecil hijau bertuliskan
angka,stempel dan tanda tangan dari yang bertanggungjawab diberikan sebagai
wujud simbolis resmi. Jabat tangan kepada semua pihak menjadi petanda untuk
mengakhiri pembicaraan dan menuju keplaning selanjutnya. Keluar dari pintu dan
seraya mengucapkan salam dengan senyuman semanis-manisnya terpancar dari wajah
ini. Untuk semua orang yang juga memberikan sapaan senyuman dan seraya terucap
selamat bekerjasama.
Berjalan
menuju si kuda hitam besi kembali dan langsung menuju jalan besar.yaitu kembali
kejalan pettarani. Terlihat keadaan sudah sedikit berubah. Kepadatan arus
kendaraan sudah sedikit meningkat walau memang perjalananku tidak begitu
terhambat. Dan sudah tercium bau-bau asap knalpot yang seraya pagi tadi tidak
begitu terasa. Berjalan seperti biasanya walau laju kendaraan ini sudah sedikit
cepat,megingat waktu sudah memburu langkah-langkah ini,sudah tidak begitu
terpantau dan diperhatikan segala hiruk-pikuk keadaan jalan dan sekitarnya.
Hanya benar-benar terfokus pada tujuan selanjutnya yaitu rumah tempat
tinggalku.
Sesampainya
di rumah, langkah kaki ini menjerutu, dengan kecepatan yang sedikit mengarah ke
tergesa-gesa. Salam dan segera masuk kedalam kamar. Kain hitam tebal lembut
bergambarkan paras cantik marlin mondro melintang dibahu seraya sebelumnya
pakaian di tubuh ini terlepas. Menuju ke tempat penyegaran dan pembersihkan
yang dikelilingi oleh nikmat percikan air tuhan. Bersabun,bershampo,dan
menyikat gigi,sampai selesai.
Selesai
mandi, kemudian melakukan packing terakhir, alat mandi, dan persiapan lainnya
yang belum di siapkan sebelumnya dimasukkan dalam tas. Sikat gigi dan pencuci
muka serta peralatan lainnya seperti deodorant,parfum badan, dan parfum luar,
minyak rambut,handbody lotion dan buku tulis serta blangkon kebanggan yang
memang rencananya selalu menutup kepala ini di aktifitas keseharian. Satu tas
ransel yang berisikan peralatan dan pakaian ,satu kantong plastic yang berisi
kertas absensi kelas,aturan-aturan penelitian, nama kelompok, megaphond, dan
blangkon yang sekiranya tidak sempat dipakai. Sekitar pukul 06.30 Wita. Sebelum memakai pakaian terlintas
difikiran bagaimana keadaan teman-teman yang dahulu mungkin sudah ada di area
kampus yang sudah direncanakan. Bersegeralah dengan memakai pakaian yang sangat
sederhana dan seakan terlihat kurang adanya persiapan untuk bersegera
berangkat. Dengan tergesa-gesa dan dengan laju kendaraan yang lumayan cepat,
dengan melewati jalan yang biasa dilalui untuk kekampus, berhubung jalanan ini
jaraknya sedikit dekat dengan kampus. Jln Faisal mengarah langsung ke jalan
Andi Pettarani, terlihat suasana sudah mengarah ke padat, aktifitas-aktifitas
masyarakat yang terlihat yaitu para pekerja kantoran,mahasiswa,pelajar, dan
mereka lainnya yang sedang seakan menuju ke suatu tempat masing-masing.
Sesampainya di jalan gunung sari kampus gunung sari, terlihat aktifitas yang
setiap pagi terlihat biasa, lalu lalang, mondar mandir, berjalan cepat, canda
tawa, dan paras sibuk dan panic terlihat dimana-mana, bau bauan wangi dari
parfum mereka dan ditambah bau dari daun-daunan pohon beringin tercium begitu
tercampur. Gerbang hitam besi dengan dua jalan yang dicangkupinya masuk dan
keluar, kanan dan kiri di tengahi oleh pondokan kecil berkisar 2x1 meter
persegi dan tinggi sekitar 2.5 meter bercat putih dan berlubang diarea
tengah.terlihat laki-laki memakai pakian kebesaran mereka dengan penanda
identitas mereka duduk dibalik lubang tengah itu. Melihat dari sisi lain, 3 bus
yang pagi tadi terlihat,kembali terlihat dan mangkal rapi di area gerbang
kampus. Berwarna ungu,pink,hijau dan bertuliskan masing-masing ping dengan
cahaya Arafat, ungu dengan paradiba dan hijau dengan galang perdana. Terlihat pula orang-orang yang sudah sangat
familiar di keseharian,mereka yang akan ikut dalam penelitian dan perjalanan
yang lumayan panjang dan melelahkan ini. Memakai baju hitam dengan jersey
kebesaran sebagai pakaian kebesaran orange pekat dengan lambing identitas
Universitas Negeri Makassar di luar kanting depannya. Senyum penasaran dan
kebahagian dengan niatan yang juga terasa berbeda-beda terlampir jelas
diangan-angan. Melihat keadan mobil itu, si pink besi tua yang dikawal oleh 3
orang pemuda yang berparas sangar tapi melankolis. Kedua dari mereka tinggi
kurus hitam dan terlihat supirnya berbeda. Dia terlihat subur dengan tumpukan
lemak diperutnya. Disis lain terlihat beberapa kursi usam yang sekiranya
menjadi tanggung jawab diri ini. Menghitung sedikit demi sedikit dengan penuh
kecemasan atas perasaan yang kurang puas atas fasilitas yang ada. Fikiran ini
kacau balau, tidak puas, kecewa, dan sedikit takut bagaimana nantinya keadaan.
Kursi berwarna hitam dan sedikit kurang terurus, robek sana sini, sedikit dari
kulit besi ini sudaj ada yang transparan keluar. Bau-bauan yang luring
bersahabat juga menjadi pertimbangan lain dari kecemasan yang sudah menggunung
akan tanggung jawab dan realisasi yang tidak sesuai dengan harapan. Terlepas
dari itu dengan pengharapan seutuhnya. Keluar dari kendaraan besi ini yang
berkursikan 33 kursi dan 1 buah ban yang menjadi cadangan. Terlintas difikiran
untuk melangkah ke tempat yang tidak jauh untuk mengambil perihal yang
mendukung perjalanan nantinya. Dengan segera si kuda hitam berpacu dengan waktu
tanpa memperhatikan lainnya ke area tidak jauh. Kompleks balla panakukang kalau
tidak salah F15 diperempatan berbelok kanan ujung kedua rumah, berwarna pink
dan bertamengkankan besi ukiran indah berwarna cokelat. Terlihat sudah ada
aktifitas didalamnya. Tidak memikir panjang, klakson si kuda besi ini
dibunyikan untuk memanggiil rekan didalam. Dan 3kali klakson ini berbunyi terlihat
laki-laki sedikit pendek dengan paras segar pagi yang belum begitu mapan,
dengan kulit sedikit kehitaman.namanya rusli. Dia yang memang ingin dijumpai.
Digeganggamannya ada plastic yang mengarah ke kain dan kertas yang sudah
bertali dan dibukanya benda itu. Kalimat “ rombongan penelitian pendidikan
antropologi 2011. Objek penelitian bulukumba-selayar 1-4 mei 2013 “ dilipat dan
segera kubawa kembali ke kampus untuk di ikatkan ke mobil yang akan membawa
kami semua. Tidak berlama dikampus, langsung di serahkan kepada si supir atau
mereka yang ada kaitannya dengan mobil itu tadi untuk dipasangkan di depan
mobil mengarah di bagian lampu depan mobil sebagai penanda bahwa kami adalah
rombongan besar resmi.
Berpacu
dengan waktu mengingat belum begitu selesai semua persiapan, kembali untuk
kerumah untuk memakai pakaian resmi untuk hari pertama penelitian dan sekalian
mengambil semua barang yang sudah dipersiapkan untuk penelitian. Akan tetapi
sebelum itu teringat mobil avansa yang juga merupakan serangkaian dari 4 mobil
yang direncanakan untuk di pakai dalam penelitian ini. Lama menunggu di
persimpangan jalan faisal dan pettarani, sesuai perjanjian awal bahwa dia ingin
menjemput dirumah, sekitar 15 menit menunggu. Handphone ditas berbunyi ternyata
dia sudah ada di sekitar area yang tidak begitu jauh dari rumah dan sedang
menunggu. Dengan cepat berangkat kesana, dan benar terlihat 2 sosok lakik-laki
yang familiar. Amir dan Saddam sudah menunggu dengan mobil avansa di dekatnya,
avansa hitam dengan sopir amir yang juga memakai baju hitam sama dengan saddam,
dengan style yang trensi, dan kaca mata hitam, yang eksotis. Bertemu dan
mengajak mereka untuk membantu sedikit mengangkat barang-barang dirumah untuk
dinaikkan kemobil. Seraya mengeluarkan barang-barang dan mereka mengangkatnya
dan membawa ke mobil. Pagi perpisahan dengan suasana yang sedikit hampa.
Mengganti pakaian juga dan akhirnya mengucapkan kata pisah izin kepada orangtua
tempat tinggal yang juga merupakan insan keluarga, berjalan dengan tergesa-gesa
kemobil dan bersegera jalan ke kampus kembali, tawa canda yang bersuasana
tergesa-gesa masih sering berkumandang dalam mobil diantara kami.sesampainya di
kampus perasaan ini carut marut, dengan melihat kumpulan orang-orang yang
menjadi tanggung jawab diri ini. Paras mereka terlihat kurang puas, marah,
kecewa. Semuanya hanya bisa kutampung dalam hati. Tidak berfikir lama dan tidak
begitu saja mengesampingkan tanggung jawab tadi. Pergi ke rumah salah seorang
teman yang juga mendapat sedikit tanggung jawab dalam permasalahan komsumsi
dalam perjalanan. 4 orang dalam mobil, dipertengahan mereka diturunkan di pusat
pertokoan untuk masing-masing membeli air dan perlatan kebutuhan lainnya. Dan
kami lainnya melanjutkan ke tujuan tadi, tallasalapang rumah batu kokoh, bercat
ungu dan berbenteng coklat tua. Disana dengan suasan yang tetap tergesa-gesa
klakson berbunyi tanda kami telah dating. Tanpa berfikir panjang, kalimat salam
terucap dan terlihat disekeliling ruang tamu hanya terlihat kantongan merah
dengan isi kotak makanan berjumlah 43 buah dan 6 kantong plastic. Diangkat juga
dengan tergesa-gesa dan disusun dengan tergesa-gesa pula. Kami berangkat
kembali ke kampus. Handphone kembali berbunyi, dia yang juga mempunyai jabatan
lainnya menelpon untuk memberikan kabar bahwa 5 menit lagi akan berangkat. Di
perjalanan singgah untuk mengambil teman yang tadinya telah membeli
kebtuhannya. Air dos 5 buah sudah ada terparkir di pinggir jalan,melompat
keluar dari mobil dan juga tergesa-gesa diangkat dan disusun dalam mobil. Dan
setelah itu suasana tergesa-gesa lebih terasa lagi hanya terlihat paras dan
mimic yang angkuh di sekeliling mengingat apa yang akan terlihat sesampainya.
Kekhawatiran itu terjawab, apa yang ditakutkan memang menjadi kenyataan.
Kapasitas tidak sesuai dengan kuantitas yang ingin di tampung. Dengan memilah
dan mempertimbangkan segala macam hal. Akhirnya ada pengertian diantara kami
dan tanpa melupakan permintaan maaf kepada mereka. Terlihat sosok pria setengah
baya, sedikit pendek dan gemuk, wajahnya tegas dan sedikit angkuh. Familiar dan
membimbing. Mubarak Dahlan. S.S.M.Pd dia adalah dosen pembimbing dalam
penelitian ini, tanpa fikir panjang, dengan perasaan yang carut marut, tanggung
jawab ini seakan mengarahkan tindakan dan ketegasan kepada teman-teman untuk
mengatur mereka bagaiamana mestinya. Dosen pembimbing berada di mobil avansa
dengan mempertimbangkan nilai-nilai lain tentang jiwa menghargai dan lainnya.
Pukul
08.14 Wita. Walaupun belum begitu teratur, terlihat wajah dan suasan masih peka
dengan ketegangan. Kami memulai melangkah berjalan menuju awal dari semuanya.43
dan membagi dalam 2 skala, 35 di mobil bus, dan kami 8 orang di mobil avansa, 3
wanita dan selebihnya pria dengan driver diantaranya. Saya,amir,bapak
dosen,saddam,sul,nur,eva,bu guru dan vera. Dering handphone bapak ketua ini
selalu berbunyi. Laporan-laporan mereka yang tidak begitu nyaman dengan keadaan
mengiringi perjalanan ini dan seakan menjadi ujian seberapa kalinya singgasana
ini. Keadaan begitu sedikit mencair saat 15 menit perjalanan sudah dimulai.
Candaan,senyuman terlihat dan terasa dalam lingkup skala kecil di mobil kecil
ini. Bau-bau asab knalpot dari hasil pembuangan solar jelas dan sangat tercium
dalam bilik kecil ini. Akan tetapi hal itu menjadi posisi plus dalam mencairkan
keadaan yang sebenarnya hanya menjadi rekayasa perasaan ini. Terdiam
kadang-kadang terjadi pada diri ini. Hingga pada sedikit jalan terlihat
mobil-mobil besar yang juga merupakan sebagian dari kami terlihat berhenti.
Sepertinya ada maslah pada salah satu dari mobil itu. Betul si hijau mengalami
masalah pada bagian ban nya. Sekitar jalan limbung posisi pada saat itu. Akan
tetapi mengingat salah satu dari armada mobil kecil ini ada yang ingin ke WC
maka sedikit mengurangi rasa kesolidaritasan diantaranya, melangkah sedkit
kedepan seraya sambil menunggu mereka. Tiba di SPBU dekat dari pemberhentian
awal. Seluruh armada menuruni mobil dan melakukan kegiatan sebisa mungkin untuk
meminimalisir pengulangan kembali. Lama berselang. Suasana penantian, terik
matahari, rasa lapar mengganjal pikiran, terlihat sosok laki-laki sedikit tua,
dengan jajanannya yang seakan memanggil jiwa ini, ukurannya besar,tidak seperti
biasanya.jalangkote namanya. Dan 2000 rupiah direlakan untuk perut ini. Seiring
berjalan waktu tiba saatnya melanjutkan perjalanan. Disepanjang perjalanan.
Badan ini seakan mengadu tentang rasa kelelahan yang sedikit demi sedikit mulai
menggerogoti. Mata ini mulai tersayup sayup dengan suasana yang memang sedikit
hening, candatawa sedikit-demi sedikit mulai tak tersakan. Terlelap tidur
sampai di sekitar area jeneponto. Mulai tersadar dan melihat keadaan yang sudah
tidak begitu asing di pikiran. Pantai, ladang garam, pegunungan, kondisi
jalanan, dan udara pedesaan terasa hikmat dan menyegarkan di perasaan. Hingga
sesampainya di sekitar kota jeneponto. Area masjid raya sebelum stadion sepak
bola. Pukul 11.30 Wita. Suasana sudah sedikit lain, ketergesahan sudah sedikit
berkurang. Tanggung jawab yang mengikat seakan lebih kencang terasa melilit
badan ini. Keadaannya lumayan baik. Masjid putih besar terpampang jelas
dipnglihatan.dengan di kelilingi rumah sekitar dan jalan poros padat, dan
berhadapan langsung dengan stadion yang sedikit tak terawatt,using dan berwarna
biru terang dengan grafity-grafity kreasi dan kalimat mengelilinginya dan
menyelimutinya. Persinggahan awal yang sudah diagendakan dan sedikit keluar
dari itu semua. Pikiran ini sebenarnya sudah tidak begitu focus. Makan siang
dan sekalian shalat dzuhur. Itulah agenda saat itu. Kedaan sudah sedikit tak
terkontrol. Kemakluman ini mulai muncul seraya memang persiapan belum
terlaksana. Sibuk sendiri, dengan sedikit bantuan dari teman-teman yang yah
terdapat jiwa simpatik yang kuat Alhamdulillah sedikit sudah terorganisir
dengan baik. Raga ini seakan tidak terawatt dan terlihat dari paras mereka-mereka
yang menjadi tanggung jawabku melihat itu. Kesadaran mereka terasa mulai, mulai
dari iba, simpatic dan mengerti. Sekitar pukul 12.04 adzan dzuhur mulai
berkumandang seiring selesainya sesi makan siang dan pembersihan yang sekali
lagi tanggung jawab menjadikan diri ini harus mampu memposisikan dan
mengerjakan semuanya sendiri. Biarlah mereka dengan kesadaran mereka dan
sedikit himbauan dari ketua ini yang mengarahkannya. Shalat dzuhur, khusyu,dan
benar-benar berdoa semoga diberikan keuatan,kesabaran dan kemulusan dalam
perjalanan dan tanggung jawab ini.
Setelah
itu tidak banyak yang dilakukan sampai sekitar setengah satu siang semuanya
melanjutkan perjalanan. Diperjalanan kembali lagi badan ini terlelap luntai
mempersiapkan segalanya,kondisi dan fikiran. Istirahat sampai diwilayah
bantaeng yang dimana sedikit mempromosikan kepada teman-teman tentang kemewahan
dan kebersihan daerah itu. Dan sesampainya bulukumba sekitar pukul 02.00.
selamat datang di kota bulukumba. Kalimat yang pertama terbaca dalam gerbang
penyambut kota itu. Bertanya-tanya dan penasaran masih terus berkumandang
difikiran ini tentang situs pertama nantinya yaitu KAJANG, beberapa
persinggahan dalam perjalanan membawa kita ke waktu yang tidak sesuai dengan
perkiraan. Molor beberapa jam. Dan dengan kesabaran dan komitmen kuat. Walau
beberapa dalam perjalanan ada hambatan akan tetapi bisa tetap semangat.
Diperjalanan sedikit bertanya-tanya jalan yang dilalui ternyata berbeda dengan
konsep awal. Melewati daerah herlang dengan melewati sedikit wilayah
bontobahari. Dispanjang jalan terlihat perumahan dalam pedesaan yang
beriringan. Wajah-wajah masyarakat menyaksikan kami melewati dan menyusuri
wilayahnya. Jalanan yang tidak begitu bagus membuat perjalanan ini sedikit
tersendat. Sampai kewilayah perkebunan karet. Terengah-engah,terheran-heran dan
terkagum atas apa yang terlihat. Tidak biasanya. Pemandangan ini. Wangi-wangi
ini dan kedaimaian ini mengiringi semua perasaan, suasana menjadi ramai dalam
mobil, pandangan mengarah pada satu obejek. Pohon karet yang panjang dan
beraturan menjadi pemandangan yang jarang terlihat dan memiliki nilai keindahan
tersendiri. Melewati itu. Disepanjang jalan sudah terlihat beberapa masyarakat
memakai pakaian hitam-hitam yang menandakan sudah sedikit masuk dalam kawasan
KAJANG. Suasana beranjak ke hening. Tertawa dalam hati sambil tetap menjaga
etika dan pemikiran ini dengan kabar-kabar yang berbau mitos dan larangan dan
tak biasanya kembali terserukan. Perjalanan jauh hamper tersesat dan ujungnya sedikit lagi
masuk kekawasan AMMATOA yang menjadi pusat penelitian kami. Akan tetapi kabar
terdengar salah satu dari iring-iringan kelompok penelitian ini mengalami
maslah dengan mobilnya. Menunggu atau melanjutkan. Perasaan dan tanggung jawab
ini sebenarnya ingin menunggu. Akan tetapi hak progratif big boss yang ada
dalam kawanan kami menyeruhkan untuk melajutkan perjalanan dan membiarkan
mereka dibelakang kami dan menyusul. Okelah. Sampai di kawasan ammatoa. Dosen
menyerukanuntuk bergegas mengingat hamper gelap keadaan. Kira-kira pukul 05.15
sampai di kawasan ammatoa. Sebelum turun sepatu boat yang diidamkan seraya
dipakai dan dalam proses pemakian. Dating seorang masyarakat asli, yang tidak
seperti kita biasanya. Dengan sedikit kekurangan dan perbedaan dari kita dating
menghampiri dengan menggunakan bahasa yang tidak begitu bisa dipaham dia seakan
ingin meminta uang bebarap ribu. Entah tak di mengerti. Kebetulan ada sisa
belanja dijalan tadi maka 2000 rupiah beralih hak ke dia. Masuk kedalam kawasan
dengan berjalan kaki. Suasan mistis, hening dan terkagum seraya menemani rasa
penasaran dalam setiap langkah ini. Terlihat ke asrian pepohonan, sumber air,
jalanan dan pakaian masyarakat serta cara mereka menyambut dan melihat kami
lain. Tercium wangi-wangian kekayaan pepohonan dan dedaunan. Berjalan setapak
demi setapak, batu-batuan menjadi penegas arah perjalanan ini. Smpai ke
perumahan yang semuanya mengarahh ke utara dan tidak berhadapan. Itulah rumah
yang ingin di masuki. Rumah seorang pemimpin adat yang biasa dikenal dengan
sebutan AMMATOA. Rumah berbentuk biasa dengan terbuat dari segala macam
kekayaan alam. Kayu dan segala macam rotan dan lainnya. Tangganya langsung
menghadap kepagar depan.terlihat disekeliling rumah yang hampir sama dengan 3
rumah yang ada disekitarnya. Dan terdapat satu rumah kecil yang sedikit hampir
berhadapan akan tetapi menyerong kekiri rumah ammotoa tadi.
Menaiki
tangga rumahnya. Dengan alas dari bamboo yang disusun dan diatapnya dari
susunan rotan serta dibagian ujung atas setiap sudut tersimpan semacam
benda-benda yang tidak begitu terlihat jelas, akan tetapi katanya itu adalah
untuk mendinginkan rumah. Di dinding rumahnya terdapat kepala kerbau dari
ukiran kayu dan tanduk asli. Dapurnya hamper mengarah kepintu.dan seakan
menjadi penjemput tamu. Pembatas dari ruang depan kebelakang diabatasi dari
susunan papan berbentuk dinding. Yang rapat. Gelap tanpa penerangan. Perasaan
penasaran dan mengamati yang saat itu terasakan. Pertanyaan demi pertanyaan
dilontarkan dengan bahasa konjo. Akan tetapi mungkin karena media bahasa
menjadi halangan maka apa yang dibicarakan tidak begitu efektif. Tapi dari apa
yang terpahami dari semuanya sudah merupakan garis besar dan menjawab
pertanyaan dibenak ini. Sekitar 45 menit. Segerombolan teman yang tadinya belum
sampai sudah menunggu dan mengantri untuk bertukar posisi lagi. Dan berkahir
untuk sesi pertma. Tukar dan memaksimalkan kedaan dengan berfoto. Suasana sudah
gelap tidak ada sama sekali penerangan kecuali dari lampu-lampuan handphone dan
blits dari kamera. Sedikit demi sedikit penerangan muncul dari balik rumah
warganya. Dari pelita dan obor.
Sekitar
pukul 07.00 selesai semua sesi. Dan selanjutnya mengurus administrasi lainnya.
100000 diberikan untuk ammatoa dan gaet lainnya 50000. Setelah itu berjalan
keluar kembali dengan keheningan yang betul-betul sunyi. Perasaan hanya ingin
cepat-cepat sampai. Berhati-hati berjalan karena tekstur jalan berbatu dan
masih terdapat kotoran-kotoran sapi atau kerbau yang wajib diwaspadai.
Sesampainya di gerbang luar. Sebelum melanjutkan perjalanan ke penginapan
berfoto bersama. Suasana berubah begitu saja menjadi ramai. Setelah berfoto kembali
mengingatkan untuk tetap menjaga kebersihan kampung itu. Absensi dijalankan.
Dan kebetulan saat itu berganti posisi ke bus dan teman lainnya ke avansa.
Untuk mengontrol teman-teman dan juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
Sepanjang jalan pengurus tempat kami menginap terus menelpon untuk mencari
kepastian posisi mengingat makan malam katanya sudah dingin. Sepanjang jlan
dengan melewati wilayah kajang. Suasana berubah begitu saja. Awalnya suara
music dari iringan gitar yang menemani perjalanan akan tetapi selanjutnya suara
handphone yang berisikan dakwah dari salah satu uztad dari makassa, anamanya
uztad amri berkumandang dan mengoceh dengan dakwah ringan dan menghibur semakin
mengubah suasan menjadi ramai. Sampai perubahan jelas terasa pada saat music
erotis DJ di putar. Joget dan tawa sangat terasa dan terlihat. Hikmat
perjalanan kami yang lumyan jauh dengan guyuran hujan yang mengiringi
perjalanan kami dan listrik yang padam dalam wilayah itu. Sesampainya dijalan poros. Seakan mengingatkan
semuanya bahwa titik pemberhentian sudah dekat. Sekitar10 menit setelahnya
setengan dari kita sudah singgah dan setengahnya lagi melanjutkan perjalanan
yang memang kami berbeda dalam hal pengelolaan. Sekitar 15 menit sampailah di
tempat penginapan. Sekitar 300 meter dari pelabuhan bulukumba. Di hotel panrita
lopi. Pukul 22.05 Wita. Dengan dijemput dengan pagar emas dengan benteng bercat
putih. Sedikit demi sedikit kami menurunkan barang, dan kembali tanggungjawab
ketua membawa diri ini untuk mengurus segala hal yang berbau penginapan.
Melapor dan membuka kunci rumah. Awalnya hanya satu rumah tapi dengan
pertimbangan lain penyewaan dua rumah dilakukan. Suasana larut malam malah
membuat suasana saat itu seakan mengatakan kepada kami ucapan selamat dating
denga ramah. Tidak banyak yang kami lakukan. Hanya menurunkan barang dan
sedikit membereskannya. Selanjutnya mengarahkan mereka semua untuk makan malam
kebetulan pengurus hotel sudah mengingatkan sedatangan kami tadi awalnya.suasana
gebyar gembira mulai tersaji canda tawa mengiringi kita semua dalam
kegiatan-kegiatan. Makan bersama. Suasana juga sangat gembira. Walaupun dengan
tampang yang cape’. Sejenak memikirkan keadaan larut malam indah dengan desahan
kenikmatan syahdu aingin laut terlihat kesunyian yang sedikit demi sedikit
memahat kelelahan raga. Terlintas dan terus terlihat tanggungjawab yang seperti
biasanya. Menggerakkan raga dan fikiran ini menyaksikan dan seraya mengatur
banyak raga yang sedikit demi sedikit terbungkus lambaian malam yang
menggenangi prospek keletihan. Suasana terasa hening dan sedikit demi sedikit
hampa. Sampai hanya terdengar sedikit suara dalam hening malam dan gonggongan
hewan liar sekitar luas area istirahat. Sedikit demi sedikit dengan syahdu alam
dan nikmat malam terlihat lautan luas dengan sedikit cahaya dari sumber
pendapatan orang-orang dibawah sana menghadapkan untuk tetap berfikir tentang
apa dan bagaimana esok hari semuanya bisa terplaning dengan baik. Tanah yang
dibalut kerasnya semen dari tumpukan batuan yang seakan menemani dibalik
bisikan suara ombak lautan yang seraya menyanyikan dan mendengar suara jeritan
sanubari tentang rasa yang hamper putus asa.
Pukul
02.00 Wita. Terasa badan ini sudah mengadu untuk bisa terfikirkan. Seraya
kubalikkan raga ini dan menatap suasana baru yang dipenuhi raga yang terbaring
lelap. Dan memasuki gerbang kayu penghalau suasana dan kondisi luar,
diselipkanlah sedikit demi sedikit kedua kaki ini untuk berjalan menelususri
semuanya dan menuju di selipan luas yang lumayan nyaman terasa. Terlihat sosok
gadis yang sudah terpejam lelap di sekitar tempat terselip itu. Raga ini seakan
menjatuhkan dirinya dan mari memulai hidup baru seraya tetap dalam pengharapan
untuk bisa berlama dalam dunia yang senyaman ini.hening dan bunyian ombak masih
jelas terdengar dibalik suara desahan kelelahan raga lain menutupi suara mesin
pendingin yang semuanya seakan terpadu dalam aransemen indah penghantar tidur
lelap ini.
Kamis
pagi. May 2, 2013. Pukul 05.15 Wita.
Mata ini kembali melihat hal yang beberapa jam lalu sama jelas terlihat. Hanya
posisi dan tempat yang sedikit bergeser dari apa yang awalnya terlihat. Hening
sudah sedikit tak terasa, hanya perasaan yang keluhkesah mengiringi raga ini kembali
terkokoh bangkit dengan seakan memaksakan diri. Berjalan dengan aktifitas baru,
suara ini berkumandang keras dan sedikit memaksa untuk menyadarkan semua raga
yang terbaring lesu tadi. Suara desahan dan suara lain yang jelas mengelu
semakin terdengar jelas. Akhirnya tibalah di dunia luar yang seakan mengatakan
selamat pagi dan selamat beraktifitas pada diri ini, terlihat matahari pagi
yang sedikit demi sedikit memancarkan keindahannya. Terlihat sedikit kebiruan
dlam air dibawah sana. Terlihat dataran yang menjurus masuk kedalamnya air. Dan
terlihat pahatan seni kayu yang diduduki oleh orang-orang yang memegang
pencahayaan. Dan terlihat tujuan selanjutnya kegiatan pagi ini.
Melangkah
menuju tempat sebelah yang di isi oleh mereka yang sejenis dengan identitas
ini. Berantakan menjadi tatapan awal dari pagi ini. Seraya mengambil
perlengkapan untuk memulai pagi ini dengan kesegaran. Antri dan terlihat mereka
semua sedang sibuk-sibuknya preparing untuk kegiatan hari ini. Dan terlihat
juga keadaan berbeda yang mana masih terlihat kaku lesu mereka di atas bidang
empuk. Dan kemali tanggung jawab ini mengarahkan dengan sendirinya untuk
sedikit menggunakan hak ini demi kebaikan mereka semua menuju kesadaran yang
memang sepatutnya di tuntut waktu itu.
Beranjak
ke kamar madi yang sedikit asing terasa dengan suara guyuran air dari kran
kegumbang dan terlihat masij banyak air yang tergenang menunggu antrian untuk
melewati lubang ke tempat yang mestinya di lalui.memanjakan diri dan seraya
membersihkan dari segala macam yang telah dilalui sebelumnya. Hingga kesegaran
itu sudah terasa. Memakai pakaian dan sedikit memanjakan diri dengan perawatan
ala kadarnya. Parfum,handbody,deodorant, minyak rambut itu semua sudah selesai
di gunakan. Dan terlihat di depan bidang datar pantulan raga yang serupa dengan
paras yang segar dan sedikit gagah.
Pagi
pukul 07.00 Wita. Dimulailah hari ini dengan suasana gegap gempita. Orasi pagi
dari teman seakan menyinggung hak mereka untuk bertahan hidup pagi ini dan
untuk pemberi mereka kekuatan pagi. Suasana humor dan gembira, senyum dan gigi
putih menandakan kesegarakan dan kesiapan mereka semua memulai hari ini.
Berjalan menuju rumah besar pusat dari pondokan yang ditinggali untuk sekedar
mengisis perut pagi. Terlihat kelezatan makanan yang seakan menggoda kami untuk
melahap ludes semuanya. Tumis ikan, mie goring, sayuran sup, telur masak yang
ditumis dan kue-kue roti pawa serta teh manis panas yang didekatkan dengan nasi
putih yang berada di termos besar. Bersegeralah jiwa yang kelaparan ini mergerumul
dalam kelezatan makanan pagi saat ini. Suara candaan, dan sedikit kunyahan
terdengar di balik suara-suara piring dan sendok yang saling bersentuhan.
Hingga sedikit demi sedikit terdengar suara isapan dibalik lubang kecil pipet
yang dialiri air berlabel cleo.
Pukul
07.30 Wita. Selesai semua persiapan, dan dengan baik mengarahkan mereka yang
menjadi tanggung jawab ini untuk lebih stay dan preparing, seiring dengan
langkah pacu mobil avansa mencari si bus pink untuk mengingatkan mereka tentang
detail agenda dan waktu pagi ini. Pelabuhan bira tempat mencari mereka dan
terlihat dibalik turunan yang dicari. Naik keatas mobil seraya mencari salah
satu dari mereka yang bekerja dimobil itu. Hanya terlihat tumpukan sampah dos
dan air gelas plastic yang terlihat. Semampai menjaukan pandangan dan terlihat
3 orang laki-laki yang memang sudah dikenal sedanga enakan terbaring lelap.
Membangunkan salah satu dari mereka, dan terbangun seiring menyampaikan agenda
untuk mengingatkan yang lainnya. Dan setelah itu naik kembali ke penginapan.
Pukul
08.03 Wita, bus pink sudah terlihat di depan pekarangan kompleks penginapan dan
mengarahkan para peneliti ulung ini ke atas dan seraya mengatur mereka kembali.
Pagi ini sekitar beberapa jam lagi kita akan menuju ke selayar dan tujuan awal
sekarang ke pelabuhan untuk saling berkumpul dengan teman-teman lainnya.
Melanjutkan perjalanan kembali dipagi yang sedikit mendung ke pelabuhan yang
berjaraj sekitar 300 meter dari penginapan. Sesampainya disana suasana berubah
menjadi ramai saat mereka semua turun dari bus dan memulai aksi dengan
memolekkan badan, bergaya dan mencari tempat yang menurutnya menarik untuk
mendokumentasikan diri mereka. Dan si ketua ini kembali mengurus segala macam
berbau administrasi dan mekanisme selanjutnya.masalah baru dating dengan tidak
jelasnya status penyebrangan kami semua. Di urus-diurus sampai titik temu pada
pukul 09.47 Wita. Dengan bantuan pihak kedinasan dan pihak aparat kepolisian
yang memang mengerti tentang tujuan dan perizinan yang sudah kami peroleh
sebelumnya mengisyaratkan untuk segera bersiap. Suasana panas dan terlihat
paras sebagian dari kami yang bertanya-tanya. Bagaimana dengan penyebrangannya.
Dan penasaran tentang kapal peri yang akan di kendarai untuk melintasi lautan
luas menuju kepulauan selayar yang sebelumnya sudah tidak asing lagi.
Pukul
10.37 Wita suara serine kapal peri menandakan mereka sudah hamper merapat di
pelabuhan dan benar terlihat kapal yang juga tidak asing lagi terpampang di
ujung kanan arah posisi sekarang berdiri. Tidak terlalu besar tapi memang
kegunaannya untuk melintas jadi wajar-wajar saja. Semuanya diarahkan untuk
menaiki bus, dan masing-masing berjalan mengatur posisi di bus. Terlihat
suasana kesibukan dan kepadatan disekitar pelabuhan dan terasa suasana hening
dan terheran-heran melihat sekeliling dari kami yang tdk biasa ada. Sampai
benar-benar posisi sudah pas dikelilingi oleh tumpukan kendaraan lain.
Bersegeralah mengajak semuanya naik ke atas untuk menuju ke ruang khusus untuk
penumpang beristirahat. Kegiatan selanjutnya tidak begitu formil hanya
pengawasan untuk mereka yang kuberikan sebagian diantara kami naik ke kabin
atas sampai peri berjalan menuelusuri air biru luas. Suasana takjub jelas
terlihat dibalik suara candaan dan obrolan yang diselimuti dengan suara mesin
kapal dan erangan ombak laut. Terasa angina sepoi-sepoi membuat kami terangsang
untuk berisitirahat dan menikmati keadaan. Sekitar 20 menit kemuadia keadaan
sudah berubah. Suasana sudah sedikit menurun sudah banyak diantara kami yang
mabuk dan diajak mereka untuk turun kekabin 2 untuk beristirahat. Banyak
orang-orang yang selalu memperhatikan gerak gerik kami. Suara music jelas
tempampang dengan obrolan ringan penumpang lainnya. Kursi biru empuk dan kursi
besi berwarna perak menjadi tempat pengaduan badan ini. Istirahat dan seraya
menantikan kelanjutan waktu. Terlihat dipinggir kapal suatu makhluk yang jelas
dikenal,indah dan melompat-lompat mengarungi perjalanan kami. Lumba-lumba hitam
sekitar 9 ekor mengucapkan selamat datang untuk kami.
Pukul
12.49 Wita. Terlihat pulau yang tidak asing sudah menunggu kedatangan kami.
Seraya bunyi peringatan sirine dan laporan petugas kapal yang mengingatkan
kalau sudah hamper sampai dan mengingatkan untuk tidak melupakan barang bawaannya. Turun dari
kapal hujan menyambut kami. Bersegera menaiki mobil masing-masing. Dan berjalan
keluar kawasan pelabuhan. Perasaan syukur selalu ada dalam hati dan tiba
saatnya menelusuri wilayah baru yang pribadi ini sudah pernah berkunjung
sebelumnya. Paparan batuan karang dan pohon-pohon bakau dipinggir jalan, dan
jalanan yang sedkit rusak dilalui bersamaan hingga tak tersadar mata ini
kembali terpejam.
Pukul
14.08 Wita. Tiba di penginapan selayar bernama Wisma PKK. Kami duluan sampai
untuk mengurusi keperluan mereka semua. Kami berjumlah 9 orang di mobil avansa
dan dua diantara kami adalah dosen dan asisten dosen. Pak Mubarak dan ka
subhan. Turun dari mobil terlihat paras wanita separuh baya yang tidak asing
lagi menyapa dan menuju ke hadapannya seraya mengurusi kamar per kamar mereka. Kamar
8.9.10.11.12 plus aula diberikan dengan kuncinya yang sudah ada ditangan. Awal
yang dibuka kamar 11. Dan 12. Beriringan dengan kamar 9 dan 8. Setiap kamat
terlihat hamper sama. Tempat tidur sprimbet berseprei biru dengan televisi
ukuran 42 inci tempapang depan tempat tidur dengan lemari kayu berwarna coklat
dan wc kecil dengan pintu seng yang sedikit usam. Lumayan mewah dengan ac yang
disediakan bermerek Panasonic. Setiap kamar seperti itu. Kamar 11 khusus untuk
para dosen.
Sekitar
pukul 14.15 Wita. Sudah terdengar rombongan kami yang baru sampai dan segera
mengantar mereka dengan menjelaskan ketentuan-ketentuannya. Semua kamar kecuali
kamar 11 dan 10 dihuni oleh wanita dan aula dihuni oleh pria. Suasana
tergesa-gesa muncul dan segera kuarahkan mereka ke lobi untuk makan siang
karena waktu segera untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Selesai makan pukul
14.38 Wita bersegerah kembali naik di mobil masing-masing menuju ke lokasi
pertama yaitu gong nekara perunggu. Suasana menegang saat diantara mereka ada
yang komplen masalah waktu istirahat dan hanya dijawab bahwa ada jadwal yang
mengikat. Pukul 15.12 Wita samapai di wilayah bontobangung kecamatan bontoharu.
Tempatnya sejuk dengan 4 pohon besar yang mengawal situs ini dan terlihat
adanya pondi=okan besar bercat putih berubin merah dan ditengahnya ada makar
lagi yang isinya gong yang dimaksud tadi. Berhubung kosong langsung melihat
saja. Dengan 3 anak tangga naik keatas pas berada dihadapan gong ukuran besar
dengan berukir arah mata angin dengan pegangan berbentuk kodok berjumalah 4
buah dan ukir-ukiran lainnya terpampang di atas perunggu berbentuk itu. Sekitar
3 menit dan turun dari tempat itu mengitari area itu dengan penuh perhatian
kepada mereka yang selalu jadi tanggung jawabku. Suasan ramai dengan situasi
sacral terasa saat gaet wanita setengah baya menjelaskan dan berjalan sampai
sekitar satu jam.
Pukul
16.46 Wita. Berakhirlah dalam situs ini. Kembali menutup semuanya dengan foto
bersama. Candaan dan tawa suka cita jelas terlihat. Dan bersegeralah menaiki
bus untuk melanjutkan perjalanan di sekitar area bontosunggu kecamatan
bontoharu. Ke situs jangkar dan meriam kuno yang katanya berukuran besar.
Perjalanan dihiasi dengan pembicaraan bersama gaet yang juga sudah terbilang
akrab. Ka ema dan ka Erna. Tapi lebih akrab dengan ka Erna. Melihat
diperjalanan sosok keadaan kampung dan bandara yang juga dilalui. Bertanya dan
bertanya hanya itu yang dilakukan diperjalanan sampai sekitar pukul 17.03 Wita.
Dikawasan padat penduduk ditengah perkampungan terlihat seperti gedung kecil
hamper menyerupai masjid dengan berpagar besi dan bercat putih dengan kayu
bercat hijau terlihat. Rumah kayu kungu terlihat berkumpul didekatnya, dan gerombolan
anak-anak dan orang dewasa asing melihat kami dari setiap sudut.
Memasuki
area dalam kawasan jangkar dan meriam kuno itu, terlihat rupa besi berbentuk
jangkar dan meriam yang terlihat sangat berat. berwarna sedikit berkarat dengan
suasana sempit. Lama berlanjut sekitar pukul 18.18 Wita. Segera kembali ke
penginapan dan tidak lama berselang keheningan malam pertama terasa menghindak
benak dan fikiran yang kembali menjadikan diri ini pemimpin yang mengatur
rakyatnya.
Sekitar pukul, 22.00 Wita. Kegiatan sudah
sedikit berkurang intensitas dan hanya mengatur mereka yang tidak mau tidur.
Sedikit masalah muncul. Ternyata ada mis komunikasi dengan pihak transportasi
dan membuat masalah ini seakan berjalan lama. Rasa emosi dan rasa kesal seiring
berjalan dengan denting malam dan suara aungan anjing dipinggir jalan menemani
perjalanan mencari jalan keluar lain. Larut malam hanya di isi dengan mencari
dan mencari solusi hingga tiba saatnya pukul 03.48 Wita, raga ini sudah tidak
mampu lagi bertahan dan menyerah dengan pengharapan esok hari akan terlihat
jalan keluarnya. Terlelap raga ini dalam bingkai masalah yang ikut dalam mimpi.
Pukul
05.38 Wita terbangun dengan tetap bertahan dan langsung terfikir. Rasa dingin
dari AC dan suara salah seorang dari kami yang mengingatkan akan tanggungjawab
selanjutnya. Tidak berfikir panjang, dengan langkah yang terseduh-seduh seiring
mengarahkan kesadaran kepuncaknya. Dengan langit yang masih sedikit
memperlihatkan indahnya ukirannya dan dengan suara ini mereka terbangun dan
sedikit mengeluh. Pukul 05.46 Wita. Memoles diri dengan nikmatnya kesegaran
dari air pagi yang menambah kesegaran pagi ini. Masalah-dan masalah tetap
terukir dalam benak tanpa solusi yang terlihat. Berjalan dan berjalan kembali
mencari segala macam alternative. Handphone sudah semakin sibuk untuk beroprasi
dengan menemani perjalanan dan menemani keluh kesah hari ini. Sampai ujungnya
mereka yang berkepentingan mengkonfirmasi kepentingan ini dan segeralah ketua
ini dan jabatan ini kembali digunakan. Saling negosiasi dengan kepentingan awal
dan hingga ditemukan kesepakatan untk menambah beban pembayaran untuk hari itu
menyewa jasa dan sarana mereka sehari itu. 700.000 rupiah. Nilai yang lumayan
menguras bajet kepanitiaan. Setelah sudah terdapat kesepakatan. Diarahkan para
peneliti ulung semua untuk mempersiapkan diri mereka melanjutkan penelitian di
Gantarang dan Bitombang.. hingga pukul 08.03 Wita. Pagi yang sedikit mendung
memulai semuanya. Berangkat dengan bus pink dan avansa serta satu truk untuk
kelas sebelah. Kebetulan pagi itu perut ini belum begitu terisi maka saat
perjalanan di isi dengan sarapan pagi. Mabuk dan mual setelahnya dirasakan
dalam perjalanan. Jalanan berelombang, tikungan tajam dan tidak rata membuat
tambahan beban. Sampai ditengah perjalanan salah satu dari kendaraan
bermasalah. Kabulatornya kering. Dan butuh tambahan air. Si pink yang terkena
masalah itu. Di isi dengan mendengarkan sedikit informasi dari dosen-dosen dan
ketika saat hujan mengguyur tiba-tiba membuat semuanya seakan memaksakan diri .
yahh untung saja semuanya sudah selesai dan mobil kami duluan kedepan. Hinggal
pukul 08.57 Wita. Sampai di pekarangan luar gantarang.
Terletak
di didataran tinggi kepulauan selayar, di Dusun Gantarang Lalangbata, Desa
Bontomarannu, Kecamatan Bontomanai. Dan berjarak sekitar 12 Km dari kota
Benteng.
Gantarang Lalangbata adalah sejenis
wilayah yang dulunya meruapakan suatu kerajaan mana menarik dikunjungi untuk
tujuan semacam penelitian dan observasi terhadap keunikan baik itu adat
istiadat, hal-hal yang berbau tentang religious, norma dan juga model-model
gaya keseharian mereka yang menjadi suatu hal yang tidak biasa dilakukan. Kita
mulai dari awal area untuk menuju dan masuk kedalam kampung gantarang ini.
Kata
Gantarang Lalangbata berasal dari kata
Gang
: Jalan
Tarang
: Terang
Lalang
: Dalam
Bata
: Pagar
Sehingga
Gantarang Lalangbata berarti sebuah daerah atau kampung yang dipagari oleh
benteng menuju jalan yang terang. Dan merupakan kerajaan pertama yang menerima
ajaran islam di selayar. Dan bukti sejarahnya masih dapat dilihat dari susunan batu
yang menjadi batas kerajaan dan batas perkampungan gantarang ini.
Kampung Gantarang terletak sekitar 2
kilometer dari pusat jalan, dan untuk memasuki kawasan ini tidaklah terlalu
sulit, bias dengan berjalan kaki sekalian dengan menikmati pemandangan hutan
yang masih sangat asri, ataupun juga dengan mengendarai sepeda motor. Mobil
sebenarnya juga bisa, akan tetapi hanya mereka saja ang sangat mahir
mengendarai yang bisa masuk kedalam kawasan gantarang ini. Menurut gaet atau
mereka yang tahu area dalam katanya, apabila ada dari pendatang yang ingin
masuk ke area gantarang bisa dengan mengendarai ojek, dan ojek ini bukan ojek
yang biasa menawarkan jasa ojek, akan tetapi warga yang ada disekitar area
masuk ke dalam perkampungan. Warga biasanya melakukan ini untuk yahh… semacam
menambah pendapatan dari keseharian mereka dan katanya untuk memasuki kampong
gantarang diberikan bayaran sebesar 25.000 Rupiah, dan jalanan masuk juga yang
sudah lumayanlah.
Sebelum masuk kedalam kompleks gantarang
lalangbata kita akan menemukan tangga yang lumayan tinggi dan merupakan
penjemput untuk masuk kedalam gerbang dan kampung gantarang ini. Disana ada
yang terdapat tangga alami dan tangga buatan. Tangga alami berada disamping
kiri dari tangga buatan ini, dan terbuat dari tumpukan batu atau tekstur asli
semacam karang dari dataran tanahnya. Dan tangga buatan terbuat dari semen dan
besi sebagai pegangannya. Menurut gaet dengan melewati tangga alami kita akan
diterima baik oleh penjaga gerbang, dan katanya juga akan tidak mengeluarkan
banyak tenaga dengan melewati itu dibandingkan dengan melewati tangga buatan.
Dan rupanya saya merasakan sendiri hal itu.
Beberapa meter setelah ujung tangga,
kita akan menemukan gerbang yang bentuknya berupadua batu bercelah ditengah,
dan untuk masuk kita harus melewati celahnya itu. Dan sebelum melewati gerbang
itu kita harus menempelkan kepala kita
ke salah satu dari batu itu dan mengucapkan assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatu atau salam secara umumnya, dan melangkah diawali dengan kaki
kanan.
Masuk kedalam kompleks perkampungan
gantarang lalangbata kita akan menemukan banyak kuburan kuburan tua yang berda
didekat jalan dan dikelilingi oleh perumahan warga. Kata dari tokoh di kampung
itu kuburan itu merupakan kuburan mereka Tau waraninna atau mereka yang
berani, maksudnya disini pejuang-pejuang yang telah meninggal dunia. Dan
memasuki tengah kampung terlihat awal masjid tua yang menjadi objek yang khusus
dalam perkampungan tua gantarang ini. Akan tetapi sebelum membahas mengenai
masjid tua ini saya akan membahas mengenai bagaimana pola hidup warga kampung
ini. Menurut tokoh dari kampung itu rumah di dalam perkampungan itu tidak boleh
lebih dari 40 rumah dan tidak boleh juga kurang dari 40 rumah itu, jadi apabila
ada yang bertanya mengapa demikian dan bagaimana warga apabila rumahnya sudah
rusak. Simple saja apabila ada pembangunan rumah maka sebelum dibangun jangan
sama sekali membongkar rumahnya nanti apabila hamper selesai maka baru
dibongkar rumahnya. Terus mengapa demikian, karena menurut kepercayaan ini
merupakan pewarisan dari terdahulu mereka, nenek moyang mereka yang tetap harus
dijaga dan dilakukan dan merunut pada 4 benteng yang nantinya akan terbahas.
Kemudian dalam kawasan perkampungan ini terdapat 1 WC umum yang semua warga
melakukan aktifitas yang berhubungan dengan kebutuhan keseharian disana.
Oke, masuk kedalam tengah perkampungan.
Berada di pas tengah kampung Gantang Lalangbata ini, kita akan menemukan tanah
lapang yang ukurannya kecil dan dirimbuni oleh pohon-pohon yang aturannya
menarik. Dan di situ terdapat macam-macam objek yang menarik seperti yang
pertama itu dikatakan posi kampung. Posi kampung ini
adalah titik pas pertengahan perkampungan. Dan menurut ceritanya ini adalah
titik awal manusia pertama turun dari langit atau mungkin maksudnya disini Nabi
Adam AS. Dan merupakan ka’bah bagi mereka yang percaya hal itu. Menurut tokoh
masyarakat, apabila kita melakukan tawaf atau mengililingi ka’bah seperti yang
di mekah sana. Maka kita sudah berhaji. Dan katanya dulu biasa dilakukan. Kemudian bergeser ke bagian bawah dari posi
kampung tadi kita akan menemukan lubang diantara batu-batuan atau tumpukan
batuan itu. Lubang ini berdiameter sekitar 30 cm dan berbetuk bulat atau
lingkaran. Dan kedalamannya berkisar 1.5 meter. Menurut kepercayaannya apabila
tangan kita dimasukkan kedalam sebatas siku dan kita dapat menyentuh dan
mengambil apa saja didalamnya maka kita tergolong orang-orang yang suci. Dan
anehnya lagi menurut tokoh masyarakat tadi lubang ini tidak pernah ada air yang
tergenang di dalamnya.Dan apabila kita fikir secara rasional hal itu sangat
sulit dilakukan dan mengarah ke mustahil, karena saya sudah mencoba sendiri,
dan memang luar biasa tidak mungkinnya, akan tetapi katanya dulu perna ada
leluhur mereka berhasil melakukannya. Jadi yang fine fine saja. Kemudian bergeser kebawah lagi akan tetapi sedikit
menyerong ke kiri dan sedikit menuruni jalan kita akan menemukan kuburan yang
menjadi inti dalam wilayah pertengahan kampung ini, yaitu kuburan dari Datu
Ri Bandang. Kuburan ini hanya tinggal tumpukan batu yang sudah tidak
beraturan lagi.
Menurut sejarahnya Datu ri bandang yang
merupakan penyebar pertama agama islam di Sulawesi awal penyebarannya di
kampung Gantarang itu. Awalnya dia dari daratan sumatera dan ke Sulawesi untuk
berdagang. Merunut dalam kajian penyebaran islam lagi. Kemudian yang di
islamkan pertama itu seorang laki-laki yang bernama Sultan pangali patta raja dan
merupakan raja pertama di kerajaan itu.dengan di khitan atau sunat. Dan
bagaimana selanjutnya sudah tidak terbahas lagi. Datu ri bandang hanya
menurunkan warisan seperti cara shalat yang unik dan terbahas nanti dan lainnya
yang saya tidak terlalu paham lagi, dan nanti mungkin akan terbahas sedikit.
Kemudian kembali ke area atas di sebelah kanan dari posi kampung tadi ada
sedikit batu yang kelihatannya seperti batu biasa yang merupakan jejak kaki
Nabi Muhammad SAW, apabila diperhatikan detail memang kelihatan seerti jejak
kaki, tapi katanya hanya mereka yang diberikan hidayah yang bisa dengan pasti
melihatnya. Ukuran kaki itu berukuran satu setengan dari kaki manusia biasanya.
Dan merupakan kaki bagian kiri dari Nabi Muhammad SAW. Dan katanya kaki
kanannya ada di mekah sana. Dan menurut gaet lagi dan penguatan oleh tokoh
masyarakat seandainya kaki kanannya ada di situ maka yang ditempati berhaji itu
di selayar di kampung gantarang ini.
Kemudian menurut cerita masyarakat.
terdapat empat pintu yang menurut kepercayaan pintu-pintu ini dijaga oleh
hal-hal magic di dalamnya, dan merupakan pintu-pintu dari kerajaan gantarang
ini. Saya mendapatkan 2 versi dalam masalah ini dan akan saya jabarkan
semuanya. Pintu-pintu ini adalah :
Versi
Pertama :
1) Babaang lembang-lembang atau pintu barat, berbatasan dengan jalan utama menuju
kampung gantarang, berukuran 200cm dan lebar 60cm. konon dijaga oleh seekor
kerbau.
2) Babaang turungang atau
pintu timur, berbatasan denganteluk turungang, berukuran tinggi 135 cm dan lebar
60 cm. konon penjaganya adalah seekor kuda.
3) Babaang sele atau
pintu selatan, berbatasan dengan teluk babaere, dengan tinggi 100 cm dan lebar
60 cm. konon pintu ini dijaga oleh seekor kuda dan seekor kerbau.
4) Babaang manrusu atau
pintu rahasia, berbatasan dengan gua yang selanjutnya menuju teluk turungang,
berukuran tinggi 160 cm dan lebar 60 cm
Versi
kedua :
Hamper
sama dengan diatas akan tetapi yang membedakan hanya yang menjaga dari setiap
pintu itu yang konon dijaga oleh mereka sahabat-sahabat Rasulullah Muhammad
SAW, dan tentang pintu rahasia yang konon hanya orang-orang yang diberikan
keiste=imewaan yang dapat melihatnya.
Yah. Membingungkan memang…..
Oke, selanjutnya membahas mengenai
masjid tua ini. Masjid ini bernama masjid awaluddin dan dibangun pada masa
pemerintahan sultan pangali patta raja yang merupakan raja pertama yang memeluk
Islam. Masjid ini dari bentuk dan model
bangunannya sama dengan masjid biasanya. Ukurannya tidak terlalu besar dan malah
mengarah ke ukuran mini atau biasa disebut mushollah. Akan tetapi di balik ke
miniannya tersimpan beberapa hal-hal menarik baik itu tentang pemaknaan,
kebendaan dan aktifitas yang beda dari yang lainnya biasa dilakukan.
Saya mulai dari beragam makna dan hal-hal
yang tidak biasa dalam masjid ini. Pertaama masjid ini dibangun diatas sumur
yang terletak di area pertengahan kampung gantaranag dan ditutup oleh sebuah
dulang emas. Menurut tokoh masyarakat tiang inti penyangga masjid ini terbuat
dari kayu batang tumbuhan Lombok. Dan air untuk wudhu dipercaya berkhasiat
untuk awet muda. Dan pada saat masuk kedalam kawasan masjid sebelum memasuki
tempat shalat terdapat 5 anak tangga yang bermakna tentang rukun islam dan
rukun imam. Dan masuk kedalam area tempat shalat terlihat mimbar hijau yang
berdiri dan terbuat dari rangkaian kayu yang disusun menjadi mimbar yang unik
dan terbentuk alami. Dan selebihnya seperti masjid pada umumnya.
Langsung ke aktifitas didalamnya dan
saya mengambil sampel yaitu shalat jumat. Pelaksanaan shalat jumat disana
berbeda dengan biasanya. Perbedaannya seperti. Pelaksanaan shalat jumat yang
biasanya di isi dengan muadzim satu orang disana menggunakan dua muadzim yang
memakai pakaian terusan putih dan dengan nada yang lemah dan berdekatan.
Kemudian terdapat khatib yang juga memakai pakaian putih yang awalnya duduk di
bagian pojok kiri shaf pertama. Dengan tongkat hijau dari kayu yang dinamakan gaukang
atau pedang besi yang dibungkus dengan tongkat kayu, sebelum memulai
ceramahnya, khatib dijemput oleh salah satu muadzim dengan cara yang beda pula.
Dia melangkah perlahan-lahan dengan menginjak sedikit dari baju terusannya dan
melangkah 1 kaki kedepan kembali dan juga begitu seterusnya dan pada saat
sampai di khatib si muadzim yang bertindak sebagai penjemput mengambil gaukang
atau tongkat yang tadi dan membisikkan salam assalamualaikum ya rasulullah, dan
dijawab oleh sang khatib tadi. Kemudian pada saat berdiri dan berjalan ke
mimbar si khatib kembali mengkuti baik cara melangkah maupun urutan langkahnya
harus seragam. Dan tibalah khatib ke mimbar, untuk azan sebelum pembacaan
ceramah diawali dengan baca-bacaan yang menurut pendengaran saya merupakan
shalawat yang di tambahkan dengan bacaan dzikir lainnya. Dan selesai azan sang
khatib segera membacakan dakwaannya. Nah konsep draftnya lain lagi. Ada kalau
tidak salah 3 atau 4 draft yang selalu dibacakan bergantian tiap jumat. Dan
draft ini dinamakan Bute atau tulisan arab. Sang khatib membacakan ini dengan
menggunakan asli bahasa arab semua. Jadi yang biasanya di isi dengan dua
ceramah satu bahasa Indonesia satu arab disana keduanya menggunakan bahasa arab
yang mana bute ini warisan yang turun temurun tetap terjaga dan terpelihara.
Dan untuk kelanjutan shalat dan kegiatan shalat yang tidak terbahas merupakan
sama dengan cara shalat dan cara shalat jumatan biasanya.
Modernisasi sudah dimasuk di area
perkampungan ini. Akan tetapi segala hal yang berbau perubahan baik nilai dan
lainnya tidak sepenuhnya bisa. Kata imam disana sudah pernah ada masukan untuk
mengubah tata cara shalat jumat sesuai aslinya, akan tetapi terdapat
penolakan-penolakan dari tokoh masyarakat dan panutan di kampung itu.
Perkampungan tua Gantarang lalangbata
merupakan objek budaya yang harus dipelihara sebagai kekayaan asli Indonesia.
Maka dari itu sebagai antropolog yang baik. Maka harusnya paham hal-hal seperti
itu guna memberikan nilai pewarisan dan sosialisasi serta komunikasi kepada
khalayak banyak….dan intinya sebagai antropolog nantinya segala macam hal-hal
yang berbau perbedaan makna dari keseharian kita ayo kita buat menjadi harta
karun.
Pukul
14.09 Wita, setelah melakukan perjalanan keluar dari kompleks perkampungan
gantarang tadi. Menuju penginapan kelas sebelah kembali untuk makan siang. Dan
tiba dipenginapan sekitar pukul 14.56 Wita. Siang yang panas dalam kota benteng
selayar. Terasa nikmat dengan perkumpulan kami. Mahasiswa pendidikan
antropologi 2011 berkumpul makan bersama. Suasana lebih hikmat dengan
disempurnahkan dengan tambahan dosen menjadi jiwa tersendiri. Membersihkan
akhir dari segalanya waktu itu.untuk lebih menghargai segala yang bukan milik
kita. Pukul 15.38 Wita. Melanjutkan perjalanan di tengah panasnya terik
matahari. Menuju perkampungan yang mengingatkan dengan kampung halaman
sendiri. Pukul 15.58 Wita. Sampai di
daerah bitombang yang mengawali semuanya dengan tebing bertuliskan perkampungan
bitombang. Terlihat rumah-rumah tinggi dengan tiang yang berkisar tingginya 10
meteran lebih. Dengan terbuat dari kayu dan bercorak kungu dengan berwarna kayu
asli dengan jendela berukaran segi empat yang berkisar setengah meter tiap
sisinya. Berjalan dengan semuanya teman. Teman berhubung dulunya sudah pernah
kesini jadi seakan biasa saja.Pukul 17.09 Wita beranjak senja mengiringi
perjalan kami menuju penginapan untuk berisitirahat dan tiba sekitar pukul
18.02 Wita. Dengan selanjutnya shalat dan makan malam dan jalan-jalan mencari
oleh-oleh khas selayar di sekitar wilayah tengah kota benteng. Keripik melinjo
menjadi pilihan kami.hingga tersadar malam sudah larut dan kamipun menuju
setelah itu beristirahat.
Pagi
pukul 05.37 Wita. Tersadar di hari terakhir untuk bergegas mengingat waktu
keberangkatan tidak bisa menunda. Sekitar pukul 07.02 Wita. Menuju kepelabuhan
kembali untuk pulang kembali ke bulukumba. Pukul 08.34 Wita. Sampai kepelabuhan
bus-bus mulai masuk kedalam peri dan kami terpaksa menunggu keberangkatan
kedua.sekitar pukul setengah satu. Di isi
dengan menunggu. Foto foto dan tertidur hingga peri kedua dating dan
bersegera menaiki peri dan memasuki ruang VIP untuk melanjutkan istirahat.
Tidak terasa pukul 15.46 Wita sampai ke bira. Dan langsung kepantai bira. Biaya
90 ribu tdk begitu dirasakan berhubung waktu tidak mendukung. Maka hanya berfoto
dan langsung kemakassar. Sampai jam 22.09 Wita sampai dirumah kembali dan tanpa
pikir panjang. Langsung tepar di atas kenikmatan lembut tempat tidur mala mini.
NAMA
: EKA SUHARTONO
NIM
: 1168040032
PENDIDIKAN
ANTROPOLOGI A
0 komentar:
Posting Komentar